Selasa, 15 Oktober 2013

Sepotong episode 2 Secercah Kisah

“jomblo” kata itu nampaknya memiliki cerita sendiri dalam hidupku, sebab bagaimanapun status itu tersandang sampai umur 19 tahun, entah sudah berapa banyak yang mengatakan tak gaul, atau yang mengatakan tak normal, tapi yang paling nyesek sampai di hati, mengatakan tak laku.
Sebanarnya itu sudah sepantasnya ku terima, tapi ketika semua kata itu terdengar setidaknya up date status pada tuhan, memohon setidaknya memberikan kebahagiaan disisa luka yang ada.
Usia diatas dua windu membuat nama ini tercatat salah satu Mahasiswa di Bandar Lampung, masih sangat terasa saat liburan semester berahir, seperti hari-hari biasa  kendaraan motor Supra x keluaran 2009 “JADUL” kata orang  (jaman Dulue)  kembali lagi hampa tanpa beban (sendirian)
Namun cerita beda, saat esok pagi mau berangak, siang ini henphone berdering  SMS
“mud pulang kpn ?”
Nomer itu terditeksi atas nama Ismiyanti Nurjanah, salah satu teman saat masih sama-sama di MAN 1 Metro.
“pulang bsk mie” balas smsku singkat
Tak lama ahirnya mendapat balasan
“kok sama bsk aku juga pulang”
Dengan iseng-iseng kujawab
“kalok gitu bareng aja,ehehehe”
“Mank mau nganterin sampai metro” tulis smsnya berlanjut.
Jaim juga rasanya mau ngomong gak mau, ahirnya jiwa lakiku keluar juga
“bener kok, besok ku tunggu jam 09:00”
*
Terputus janjian, lumayan siang ajaku berangakat soalnya selain harus bantu orang tua,  baju-baju yang kupakai belum sempet tersetrika.
Hingga datang ke esok pagi, sekitar pukul 06:00 rutinitas pendidikan D3 (Dino-Dino Deres), bersama ibu dan ayah selalu menjadi cerita liburan.
“sido mangkat mengko 1 ?” kata ibuku sembari terus bekerja
“sido jam songgo 2” jawabku lugas berbahasa jawa
“dewean meneh3 ?” kata ibuku meneruskan
“gak, bareng ismi ?”
“ismi konco MAN biyen4 ?”terlihat kaget juga ibu, meliahat  pulang sama ismi, mungkin beliau mengira aku dan ismi ada hubungan layaknya anak muda, fulgarnya Pacaran.
“alah bene, lek enek opo-opo neng dalan enenk seng ndorong” sandungku sambil cengengesan
Ahirnya ibu tertawa mendengar celotehan guyonan.
1. “Nanti Jadi berangkat ?” (bahasa indonesia)
2. “Jadi, nanti jam sembilan” (bahasa indonesia)
3. “sendirian lagi ?”(bahasa indonesia)
4. “ismi teman MAN/SMA waktu dulu”(bahasa indonesia)
*
Jam 09:15 menit laju montor menjemput ismi dirumahnya, ia sudah siap dengan berbagai perlengkapan tas, aksesoris dan lain sebagainya, gemetar juga rasanya hatiku dari tadi, sampai-sampai berjalan sekitar lebih dari satu jam baru aku berani  menyapa dan ngobrol di atas montor.
Namun perjalan-perjalan indah itu, tak semanis yang kuharapkan, bayangkan saja untuk menempuh Tulang Bawang-Metro memerlukan waktu 7-8 jam, cukuplah membuat sendi-sendi kaki terasa copot.
Perjalanan nampak lama tak luput dari guyonan dan sifat angkuh pada ibu, yang mencoba bercanda  menjadi doa, Ismi ahirnya kesampean mendorong motor, ditengah kebun tebu daerah Induk Lampung, motor tiba-tiba mati total, tak mau sama sekali hidup, ahirnya membuat kami terpaksa menuntun montor dengan cara tak sewajarnya.
Setelah ketemu pedesaan sekitar 4 KM ahirnya ada bengkel dan diperbaiki, namun penderitaan kami tak lekas sembuh, pasalnya lagi-lagi montor kami bocor di daerah Sukadana (lampung Timur).
Ceritapun berulang dengan kembalinya  harus turun sekaligus mendorongnya, rasanya cukup lelah sekali,  perjalan itu
Yang membuat teringat adalah kata elakan pada ibu
“nanti kalau ada yang rusak, kan ada yang ndorong” senyum artiku
*
“Perasaan sial banget hari ini” ditengah perjaalanan terdengar mulut ismi berguming
“bukan sial tapi belum beruntung” Hiburku
Obrolan kamipun terasa lebih akrab, sampai-sampai aku lupa bensin motor dari tadi belum terisi.
Anehnya bensinpun habis, tapi cukup beruntung  kali ini tepat di warung yang menyediakan eceran bensin (terdoktrin dengan ungkapan  jawa yang selalu untung dalam kondisi apapun) ahirnya kamipun mengisinya.
*
Secercah episode ini begitu berarti dalam ingatan, kisah ini banyak memberi pelajaran pada saya tentang arti kata bercanda, lebih-lebih pada orangtua.
Dan itulah perjalanan terahir kami, sejak saat itu dari hari-kehari kami putus hubungan, belum lamapun sejak cerita ini kutulis di dalam FB (facebook)  ismi yang iseng-iseng terbuka, sudah tercantum nama seseoraang, arti dari statuss berpacaran.
Rasah ada yang hilang, tapi bagaimanapun setiap orang selalu memilih yang terbaik dalam hidupnya, bila sudah tentu ismi yakin memilih dia red** yang terbaik dari hidupnya.
Tragis kisah, apalagi rasa hati masih berkata, ada apa gerangan ia tak menghubungiku lagi, apa karna peristiwa itu, atau mungkin karna faktor lain, tapi bagaimanapun pasti sampai saat ini statusku masih diambang pintu duka “Jomblo”.
Bukan meratapi nasib,hanya berfikir saja objektif bahwa tuhan memberikan rencana yang terbaik, Amin

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar