Senin, 21 Oktober 2013

Opini Pelajar Rebut Kelulusan Calon Gubernur Rebut Kekuasaan

Polemik kehidupan membawa arus pada jenjang pemilihan, Jenjang pemilihan terjadi bagi dua kubu yang sama-sama penting dan sama-sama menjadi tumpuan serta harapan rakyat. tentu kita sudah tahu pemilihan gubernur dan ujian nasional di adakan pada saat tahun 2013, baik para siswa duduk di SD, SMP dan SMA yang menulis dream book untuk meraih cita-cita dan para calon gubernur menulis strategi menyebar misi memperebutkan kursi lampung nomer satu. Peristiwa ini telah lama di nanti-nati baik oleh para pelajar, maupun oleh calon gubernur, yang menjadi persoalan berapa besarkah kekuatan mereka menuntaskan segala problematika yang ada, dengan persiapan jenjang normalisasi pendidkan 3 tahun (SMP dan SMA) para siswa menentukan masa depanya dengan ujian nasional yang dilakukan 3 sampai 4 hari dengan bobot kelulusan 60 persen, semua itu adalah hal yang dasyat bukan. dengan setatus soal yang sama (nasional) tapi dengan fasilitas yang berbeda anggap saja beruntung bagi pelajar yang tinggal di daerah perkotaan dengan banyaknya bimbingan belajar belum lagi di tambah akses-akses yang lainya mendukung segala keperluan mencapai keberasilan, tapi di sisi lain kesejahtaraan masyarakat di pinggiran belum memungkinkan menerapkan kurukulum yang berjalan, misalanya tertera kewajiban untuk mempelajari mata kuliah TI (teknologi informasi) yang condong dengan pembelajaran komputer tanpa adanya aliran listrik untuk daerah tertinggal, apakah semua sebatas modal modul belajar tanpa praktik mereka dipaksa untuk mengerti. Hal ini sejalan dengan balongub (bakal calon gubernur) dan balonwagub (bakal calon wakit gubernur) yang menggagas perubahan dan memperebutkan kesempatan untuk meraih kekuasaan. baik jalur independent maupun jalur partai yang telah lama di siapkan dan di pertimbangkan, memperebutkan simpatisan meraup sebanyak-banyaknya suara adalah cara memenangkan piliahan lampung , hal ini tentu condong pada prilaku kampaye yang mengenalkan diri jauh-jauh hari menuju kursi, lagi-lagi mereka membahas segala masalah yang belum terselesaikan, berjajanji dan berjuang menegakan keadilan sebagai langkah berpolitisasi. muda-mudaan saja harapan rakyat nantinya mampu di jaganya dengan amanah. KEMBALIKAN PADA RAKYAT telah menjadi konsensus bersama bahwa bangsa kita adalah bangsa yang demokratis mengajarkan rakyat sebagai pemangku kekuasaan, aplikasinya adanya pejabat tak lain adalah untuk menjalankan kekuasaan dan mensejahterakan sendi-sendi kehidupan. dengan adanya tujuan kesejahteraan di harapkan mampu masuk kedalam masyarakat multikultural, masarakat yang heterogen bukan hanya kesejahteraan kelompok ataupun kekerabatan. Demikian pula dalam proses pendidikan yang pada dasarnya mengajarkan Budi Pekerti dalam cara pembelajaran yang apik, oleh itu sebaiknya otoritas kekuasan pemerintah di kembalikan kepada rakyat menentukan kelulusan dari standar kwalitas yang ada dan keberadaan ujian nasional sebagai acuan perbaikan ke langkah yang sistematis, pada intinya menjadikan pendidikan sebagai arah budi pekerti melawan korupsi. MENCIPTAKAN PENANAMAN MODAL SPIRITUAL YANG APIK Kehancuran berbagai elemen pemerintahan dan kekuasaan adalah penananman spiritual yang mengakibatkan norma sosial yang kurang, berbagai masalah yang hinggap banyak para pejabat dengan penanaman pendidikan spiritual yang kurang tak mampu merupah etika dan prilaku yang berkembang. bahkan Hidup dengan mengesampingkan paradigma spiritualitas ketuhanan adalah hidup dengan tidak menghidupkan kehidupan dalam dirinya sendiri (kertajaya, Rudi 2011) Langkah awal pernanaman karakter adalah pendidikan maka pendidikan tak perlu ternoda dengan adanya ujian nasional merata di nilai, memaksakan kehendak tak sedikit di temukan kecurangan yang selalu ada baik kecuranga dalam naskah ujian, kebocoran soal, penyogokan atau lain sebagainya. permasalahan ini setidaknya tak hanya di perbaiki secara teknis (mulai dari 2, 5 hingga 20 paket) tapi juga diperbaiki secara keperluan bukan kepentingan, oleh karna itu wajar jiakalau mantan PM Ingris (england), mengatakan “we have theree burning issues : 1) education, 2) education,3) education, hal ini mengindikasikan, bahwa pendidikan merupakan bidang pembangunan strategis untuk membangun peradapan, sekalipun ingris sudah menjadi negara maju (Mastuhu,hal 348 dalam Jurnal Unisia) oleh karnanya adanya kecurangan dalam pendidikan berarti menanamkan kecurangan dalam pemerintahan realnya masa depan bangsa adalah cerminan kehidupan siswa. MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN UMUM DI ATAS KEPENTINGAN PRIBADI Teringat tutur kata yang di ajarkan sejak dini, mengajarkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. di sini kita ada ajaran bagaimana seharusnya bertindak dan berprilaku, ma’na dan ungkapan ini sering kali di hafal oleh setiap orang tapi sedikit sekali yang mampu mengamalkan, yang menjadi pertanyaan apakah ini, landasan kehidupan masyarakat yang dinamis bukan statis? Demikian pula dalam pembelajaran dan perebutan kekuasaan kecurangan-kecurangan yang sering terjadi tak luput akibat mengutamakan kepentingan pribadi. kecurangan dalam pedidikan banyak kasus dan contoh yang memikat untuk di amati salah satunya tak pernah terselesaikannya kebocoran soal dan kebocoran kunci jawaban, dan demikian pula kasus dalam pemilihan kekuasaan, tunjuk saja politik uang (politic many) dan politisasi yang memanfanfaatkan beberapa oknum, lihat saja (lampung post,selasa 6 november 2012) tentang tanggapan Rohmani (anggota komisi DPR X) yang mengatakan bahwa otomisasi dunia pendidikan kerap menjadi ajang politisasi, terutama ketika di daerah tersebut tengah berlangsung pemilihan umum kepala daerah (pemilukada). Dengan kesadaran serta kebersamaan dan kesejahteraan muda-mudaan mampu mendongkrak kwalitas pemerintahan dan dunia pendidikan. oleh : Nama : Imam Mahmud Mahasiswa Sosiologi Universitas Lampung

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar