Selasa, 15 Oktober 2013

episode 3 Pelajar Sial

Pelajar Sial
Meniti kehidupan, setiap orang perlu namanya pendidikan, dan menurut psikolog sendiri awal kita mempelajari itu semua dari keluarga, maka wajar saja “karakter” biasanya lebih condong pada kebiasaan keluarga yang di tanamkan. Istilah ungkapan
“buah tak akan jauh dari pohonya”
Coba saja anda bayangkan,
“anak pejabat lambat laun jadi pejabat”
“anak petani, lambat laun tetep jadi petani”
“anak konteraktor, anak koruptor, hingga anak profesor, lambat laun juga akan seperti itu
Hidup ini seperti di sekenario, atau ada unsur nepotisme yang membudidaya, hehe
Seperti juga kisah hidup, yang akan ku tulis, tentang perjalanan pendidikan, Dalam catatan keluarga kami termasuk dalam kategori menjalankan KB tapi bukan Keluarga Berencana, melainkan Keluarga Besar, alias banyak anak, mungkin ada pengaruh keyakinan
“banyak anak banyak rizki”
Bermakna setiap anak sudah menyediakan rizki tersendiri, Secara berangsur-angsur dan turu temurun keyakinan itu ada, dan sudah tersugesti demikian ungkapan itu, ahirnya terwujud, tentunya dengan rasa syukur.
Proses belajar yang ku jalani termasuk sial, Pasalnya di atas rata-rata, awalnya menempuh pendidikan TK (taman kanak-kanak), harus ku alami selama tiga tahun, hingga menjadi julukan Taman Kawak-Kawak, banyak cerita di massa ini seperti hinananm, caci maki, namun ibuku selalu mencari amibi agar aku tak kecewa dengan julukan “Anak bawang”
“anaku ini sebenarnya gak goblok, tapi masih kecil aja jadi belum boleh naik kelas” ungkap beliau pada rekan-rekan sesama ibu-ibu
Detak jam menjadi saksi bisu yang tak bicara, pendidkan TK yang melebihi batas membuatku bukan tergolong anak pintar, sialnya saat-saat itu kembali ku alami di waktu SD yang lulus selama tujuh tahun, tepatnya saat kelas satu harus tingal kelas, bahasa julukannya  tunggak ireng.
“sial-saal kataku dalam hati”
Jatuh bangun hidup ini, seperti putaran roda ada massa bahagia juga ada massa sengsara, tapi mengapa sampai lulus SD yang gua alami banyak massa sengsara.
Setelah beberapa hari membuat galau, penelitianpun dilakukan, ternyata observasi survai pada batin, yang saya lakukaan menemukan jawaban bahwa “Rasa Itu Ada Ketika Hidup Ini Tak Di Sukuri”
 Maka syukuri, segala yang ada..........

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar