Senin, 21 Oktober 2013

Opini Pelajar Rebut Kelulusan Calon Gubernur Rebut Kekuasaan

Polemik kehidupan membawa arus pada jenjang pemilihan, Jenjang pemilihan terjadi bagi dua kubu yang sama-sama penting dan sama-sama menjadi tumpuan serta harapan rakyat. tentu kita sudah tahu pemilihan gubernur dan ujian nasional di adakan pada saat tahun 2013, baik para siswa duduk di SD, SMP dan SMA yang menulis dream book untuk meraih cita-cita dan para calon gubernur menulis strategi menyebar misi memperebutkan kursi lampung nomer satu. Peristiwa ini telah lama di nanti-nati baik oleh para pelajar, maupun oleh calon gubernur, yang menjadi persoalan berapa besarkah kekuatan mereka menuntaskan segala problematika yang ada, dengan persiapan jenjang normalisasi pendidkan 3 tahun (SMP dan SMA) para siswa menentukan masa depanya dengan ujian nasional yang dilakukan 3 sampai 4 hari dengan bobot kelulusan 60 persen, semua itu adalah hal yang dasyat bukan. dengan setatus soal yang sama (nasional) tapi dengan fasilitas yang berbeda anggap saja beruntung bagi pelajar yang tinggal di daerah perkotaan dengan banyaknya bimbingan belajar belum lagi di tambah akses-akses yang lainya mendukung segala keperluan mencapai keberasilan, tapi di sisi lain kesejahtaraan masyarakat di pinggiran belum memungkinkan menerapkan kurukulum yang berjalan, misalanya tertera kewajiban untuk mempelajari mata kuliah TI (teknologi informasi) yang condong dengan pembelajaran komputer tanpa adanya aliran listrik untuk daerah tertinggal, apakah semua sebatas modal modul belajar tanpa praktik mereka dipaksa untuk mengerti. Hal ini sejalan dengan balongub (bakal calon gubernur) dan balonwagub (bakal calon wakit gubernur) yang menggagas perubahan dan memperebutkan kesempatan untuk meraih kekuasaan. baik jalur independent maupun jalur partai yang telah lama di siapkan dan di pertimbangkan, memperebutkan simpatisan meraup sebanyak-banyaknya suara adalah cara memenangkan piliahan lampung , hal ini tentu condong pada prilaku kampaye yang mengenalkan diri jauh-jauh hari menuju kursi, lagi-lagi mereka membahas segala masalah yang belum terselesaikan, berjajanji dan berjuang menegakan keadilan sebagai langkah berpolitisasi. muda-mudaan saja harapan rakyat nantinya mampu di jaganya dengan amanah. KEMBALIKAN PADA RAKYAT telah menjadi konsensus bersama bahwa bangsa kita adalah bangsa yang demokratis mengajarkan rakyat sebagai pemangku kekuasaan, aplikasinya adanya pejabat tak lain adalah untuk menjalankan kekuasaan dan mensejahterakan sendi-sendi kehidupan. dengan adanya tujuan kesejahteraan di harapkan mampu masuk kedalam masyarakat multikultural, masarakat yang heterogen bukan hanya kesejahteraan kelompok ataupun kekerabatan. Demikian pula dalam proses pendidikan yang pada dasarnya mengajarkan Budi Pekerti dalam cara pembelajaran yang apik, oleh itu sebaiknya otoritas kekuasan pemerintah di kembalikan kepada rakyat menentukan kelulusan dari standar kwalitas yang ada dan keberadaan ujian nasional sebagai acuan perbaikan ke langkah yang sistematis, pada intinya menjadikan pendidikan sebagai arah budi pekerti melawan korupsi. MENCIPTAKAN PENANAMAN MODAL SPIRITUAL YANG APIK Kehancuran berbagai elemen pemerintahan dan kekuasaan adalah penananman spiritual yang mengakibatkan norma sosial yang kurang, berbagai masalah yang hinggap banyak para pejabat dengan penanaman pendidikan spiritual yang kurang tak mampu merupah etika dan prilaku yang berkembang. bahkan Hidup dengan mengesampingkan paradigma spiritualitas ketuhanan adalah hidup dengan tidak menghidupkan kehidupan dalam dirinya sendiri (kertajaya, Rudi 2011) Langkah awal pernanaman karakter adalah pendidikan maka pendidikan tak perlu ternoda dengan adanya ujian nasional merata di nilai, memaksakan kehendak tak sedikit di temukan kecurangan yang selalu ada baik kecuranga dalam naskah ujian, kebocoran soal, penyogokan atau lain sebagainya. permasalahan ini setidaknya tak hanya di perbaiki secara teknis (mulai dari 2, 5 hingga 20 paket) tapi juga diperbaiki secara keperluan bukan kepentingan, oleh karna itu wajar jiakalau mantan PM Ingris (england), mengatakan “we have theree burning issues : 1) education, 2) education,3) education, hal ini mengindikasikan, bahwa pendidikan merupakan bidang pembangunan strategis untuk membangun peradapan, sekalipun ingris sudah menjadi negara maju (Mastuhu,hal 348 dalam Jurnal Unisia) oleh karnanya adanya kecurangan dalam pendidikan berarti menanamkan kecurangan dalam pemerintahan realnya masa depan bangsa adalah cerminan kehidupan siswa. MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN UMUM DI ATAS KEPENTINGAN PRIBADI Teringat tutur kata yang di ajarkan sejak dini, mengajarkan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. di sini kita ada ajaran bagaimana seharusnya bertindak dan berprilaku, ma’na dan ungkapan ini sering kali di hafal oleh setiap orang tapi sedikit sekali yang mampu mengamalkan, yang menjadi pertanyaan apakah ini, landasan kehidupan masyarakat yang dinamis bukan statis? Demikian pula dalam pembelajaran dan perebutan kekuasaan kecurangan-kecurangan yang sering terjadi tak luput akibat mengutamakan kepentingan pribadi. kecurangan dalam pedidikan banyak kasus dan contoh yang memikat untuk di amati salah satunya tak pernah terselesaikannya kebocoran soal dan kebocoran kunci jawaban, dan demikian pula kasus dalam pemilihan kekuasaan, tunjuk saja politik uang (politic many) dan politisasi yang memanfanfaatkan beberapa oknum, lihat saja (lampung post,selasa 6 november 2012) tentang tanggapan Rohmani (anggota komisi DPR X) yang mengatakan bahwa otomisasi dunia pendidikan kerap menjadi ajang politisasi, terutama ketika di daerah tersebut tengah berlangsung pemilihan umum kepala daerah (pemilukada). Dengan kesadaran serta kebersamaan dan kesejahteraan muda-mudaan mampu mendongkrak kwalitas pemerintahan dan dunia pendidikan. oleh : Nama : Imam Mahmud Mahasiswa Sosiologi Universitas Lampung

Telementri Pancasila, Sebagai Identitas dan Nilai Luhur pada Undang-Undang Pasal 27 Tahun 1945.

Pancasila adalah dasar sakral dalam tubuh bangsa indonesia, yang mengandung berbagai unsur penting dalam kemajemukan agama, etnis dan suku dalam pengintegrasian kemerdekaan. Catatan sejarah mencatat tanggal 1 juni sebagai hari lahirnya pancasila, melalui pidato soekarno di depan BPUPKI tentang dasar filsafat negara (weltanschauung), disini beliau mengatakan hanyalah seorang “penggali pengutara dari pancasila” selanjutnya di istana negara pada tahun 1959 ia menegaskan kembali bahwa sila-sila itu sudah terkandung selama ribuan tahun dalam kebudayaan bangsa, sejak saf-saf budaya pra hindu,hindu-budha, dan islam (Taniredja dkk, 2011). Maka dapatlah diartikan segala unsur penyelenggaraan negara tak boleh bersimpangan ataupun berpaling dari pancasila, sebab pancasila adalah dasar utama dalam penyelenggaraan hukum di indonesia yang di gunakan sebagai identitas dan nilai luhur dalam berbangsa. Namun, telematri (mengukur dari jauh) pancasila sebagai identitas dan nilai luhur agaknya mulai ternoda dengan penerapan hukum yang sudah berjalan, dengan sorotan spesifik pada UU pasal 27 tahun 1945 ayat 1, berisi ; “Segala warga negara bersamaan kedudukanya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan dengan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya” Artinya adalah persamaan dimata hukum dengan tidak membeda-bedakan status sosial, kekayaan, maupun jabatan, selagi melakukan pelanggaran maka realnya harus dihukum sesuai dengan aturan yang menjadi kesepakatan. Berpijak dari kenyataan di lapangan, pelanggaran hukum yang sudah terjadi banyak kerancuan yang agaknya mengandakan penefsiran hukum, seperti halnya kasus djoko susilo tersangka kasus korupsi pengadaan simulator SIM, kasus anggelina sondankh, kasus bank centuri hingga berbagai kasus besar yang terselubung di negara ini. kajian persamaan dimata hukum mulai tercoret, dengan adnya kasus sepele yang di alami masyarakat kecil, seperti pencurian 3 biji kakao (dengan hukuman 1 bulan 15 hari), pencurian buah semangka hingga pencurian sendal jepit kusam yang dilakukan remaja dengan hukuman 5 tahun penjara.

MAKALAH STUDI SOSIAL MASALAH EKONOMI TENTANG PEMBANGUNAN DI INDONESIA YANG BELUM MERATA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam nya ,seperti misalnya bahan tambangnya, lahan pertanian nya, tanah nya yang subur ,namun hal tersebut tidak lantas menjadikan masyarakat yang tinggal di dalam nya menjadi makmur secara keseluruhan, tetap ada suatu kesenjangan ekonomi di Negara ini. Dengan kata lain,Negara ini masih bisa dikatakan miskin mengingat tingkat Kemiskinan di Indonesia masih cukup tinggi. Sampai saat ini pun pembangunan masih berkonsentrasi di daerah pusat khususnya di Ibukota dan sekitarnya, keadaan seperti ini sangatlah jauh dari apa yang dicita-citakan dalam tujuan nasional Indonesia mengenai usaha-usaha untuk pemerataan pembangunan. Akibat dari kurangnya pemerataan pembangunan memang tidak begitu dirasakan oleh masyarakat yang tinggal di daerah yang mengalami pembangunan cukup pesat, dan hal tersebut jauh berbeda apabila dibandingkan dengan daerah yang pembangunannya bisa dikatakan masih lamban, atau masih belum tersentuh oleh pemerintah seperti daerah-daerah di Indonesia yang masih terpencil. Ironis sekali jika kita melihat keadaan seperti ini di negara kita karena masalah pembangunan yang kurang merata keseluruh daerah di Indonesia. Sebagai fakta yang dapat kita ketahui, di salah satu media elektronik tertulis, Ketua DPRD Jabar Irfan Suryanagara mengakui bahwa pembangunan di Jabar belum merata. Kondisi tersebut terjadi akibat Pemprov dan DPRD Jabar belum optimal mendesain APBD. “Selama ini APBD disusun tanpa menggunakan data, akibatnya pembangunan hanya dilakukan berdasarkan perkiraan. Saya harus jujur pemerataan pembangunan belum tersebar”. Kata Irfan saat dihubungi oleh salah satu redaksi media informasi. 1.2 Masalah a) Apa yang menyebabkan ketidakmerataan pembangunan di Indonesia serta bagaimana solusinya? 1.3 Hipotesis Ketidak merataan pembangunan di Indonesia antara lain disebabkan oleh kurang optimalnya pelakasanaan kebijakan pemerintah dalam upaya untuk mencapai sebuah pemerataan pembangunan, serat kurangnya perhatian khusus terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dengan penghasilan rendah seperti buruh tani, petani penggarap yang tidak memiliki lahan, petani pemilik lahan yang sempit, nelayan dan pengrajin. Maka dari itu solusi yang dapat diterapkan agar pemerataan pembangunan dapat dicapai antara lain,optimalisasi pelaksanaaan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah, serta lebih ada perhatian khusus terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dengan penghasilan rendah. 1.4 Metode Metode yang digunakan dalam studi sosial kali ini adalah dengan kajian kepustakaan, serta digunakan pula media internet untuk menambah informasi yang dibutuhkan, dalam studi kali ini, masalah ekonomi yang dibahas adalah ketidakmerataannya pembangunan di Indonesia,karena optimalisasi pelaksanaan kebijakan serta perhatian kepada kelompok-kelompok masyarakat dengan pengahasilan rendah merupakan faktor yang cukup banyak mempengaruhi kemerataan pembangunan di Indonesia, maka hal pertama yang perlu diperhatikan adalah mengenai pelaksanaan kebijakan yang paling utama yakni kebutuhan pokok masyarakat, seperti sandang, pangan dan perumahan, hal tersebut merupakan hal utama yang wajib di perhatikan oleh pemerintah, baru kemudian kepada pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan,dengan semakin tingginya tingkat pendidkian maka skill yang dimiliki pun semakin tinggi,dengan skill yang tinggi sesuai dengan bidangnya masing-masing, maka kesempatan memperoleh pekerjaan semakin besar,selanjutnya, pelayanan kesehatan, pembagian pendapatan,dalam hal ini dapat diartikan sebagai penyaluran dana untuk kepentingan masyarakat,sebagai contoh dana yang disalurkan tersebut untuk menambah faktor produksi di suatu wilayah serta untuk mengembangkan potensi di daerah tersebut, selanjutnya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnnya bagi generasi muda dan kaum wanita, serta pemerataan di bidang penyebaran pembangunan ke seluruh wilayah tanah air dan kesempatan memperoleh keadilan juga harus ditingkatkan. Mengenai perhatian kepada kelompok masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dengan penghasilan rendah, seperti buruh tani, petani penggarap yang tidak memiliki lahan, petani pemilik lahan yang sempit, nelayan dan pengrajin, dapat diusahakan dengan cara penyediaan lahan untuk petani, serta meminjamkan modal untuk para nelayan dan pengrajin. Jika semua atau paling tidak sebagian besar dari hal-hal tersebut terlaksana dan terpenuhi,maka sedikit demi sedikit kesenjangan ekonomi di Negara ini akan berkurang sehingga kemerataan pembangunan di Negeri ini akan tercapai. BAB II PEMBAHASAN Berdasarkan informasi yang didapatkan, sehingga dapat temuan yang didapatkan antara lain bahwa penyebab dari ketidakmerataan pembangunan di Indonesia antara lain pelaksanaan kebijakan untuk pemerataan pembangunan yang kurang optimal, kebijakan-kebijakan tersebut antara lain pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya sandang, pangan dan perumahan, pemerataaan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan, pemerataan pembagian pendapatan, pemerataan kesempatan kerja, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita, pemerataan penyebaran pembangunan ke seluruh wilayah tanah air, pemerataaan kesempatan memperoleh keadilan. Maka dari itu perlu adanya optimalisasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut, selain itu perhatian terhadap kelompok-kelompok masyarakat yang memilii mata pencaharian dengan penghasilan yang rendah, misalnya saja buruh tani , yakni orang yang tidak memiliki lahan pertanian, sehingga ia hanya bekerja pada petani yang memilii lahan, sehingga hasil yang didapatkan pun tidak menentu, karena belum tentu setiap hari ada pemilik lahan yang mencari tenaga buruh untuk membantu pekerjaan di lahan pertanian, untuk menangani masalah ini dapat digunakan uapaya-upaya seperti peminjaman lahan oleh pemerintah kepada para buruh tersebut,begitu pula dengan petani penggarap yang tidak memiliki lahan maupun petani yang memilii lahan , namun sempit, bisa pula dibantu dengan penyediaan pupuk serta alat-alat pertanian, kemudian peminjaman modal bagi para nelayan serta pengrajin yang berpenghasilan kecil untuk menambah modal untuk bidang usahanya, jika nelayan , modal pinjaman tersebut,dapat digunakan untuk menunjang pendapatan dari hasil memperoleh tangkapan, seperti memperbaiki atau bahkan membeli perahu, kemuudian, membeli jala maupuna alat tangkap ikan lainnya,untuk pengrajin ,misalnya saja untuk menambah jumlah bahan baku, alat-alat produksi maupun untuk menambah karyawan sehingga produktivitas bertambah, jadi dapat kita simpulkan bahwa : 2.1 Faktor penyebab Ketidakmerataan Pembangunan di Indonesia antara lain : a) Kurangnya perhatian pemerintah dalam menuntaskan masalah pemerataan pembangunan. b) Pembangunan lebih banyak di fokuskan di daerah-daerah perkotaan c) Kurangnya sifat kewirausahaan para pelaku pengembang ekonomi di wilayah d) Lokasi-lokasi Pulau pelosok terpencil yang sulit dijangkau e) Keterbatasan Jaringan ekonomi dalam mendukung pengembangan kawasan dan produk unggulan daerah f) Lemahnya kerjasama antara pelaku pengembangan kawasan seperti pemerintah, lembaga nonpemerintah, swasta, dan masyarakat. g) Ketidakseimbangan pasokan sumber daya alam dengan kegiatan pembangunan Dari faktor yang dapat kita lihat, cita-cita bangsa kita untuk mensejahterakan masyarakat belum sepenuhnya terwujud mengingat pembangunan yang hanya terpusat di daerah perkotaan, bahkan cita-cita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tidak akan terwujud apabila tidak ada fasilitas pendidikan (sekolah) yang berada di daerah pelosok. 2.2 Solusi Penyelesaian masalah yang dapat dilakukan antara lain : a) Membuat Daerah Otonom yang berfungsi untuk; • Meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah. • Meningkatkan pelayanan umum masyarakat daerah. • Meningkatkan daya saing daerah. b) Membuat rencanaan kerja arahan dari Pemerintah c) Meningkatkan kerjasama antara lembaga pemerintah dan luar pemerintah dalam pembangunan Indonesia. d) Menggunakan Anggaran Negara sebaik-baiknya dan Pengawasan sehingga Dana pembangunan tidak di salah gunakan oleh oknum tidak bertanggung jawab(Koruptor). e) Perlu adanya perhatian khusus kepada kelompok-kelompok m asyarakat yang mempunyai mata pencaharian dengan pengahsilan rendah , seperti petani, petani penggarap yang tidak memiliki lahan, petani pemilik lahan yang sempit, nelayan dan pengrajin. f) Pembinaan dunia usaha dilakukan terhadap koperasi dengan penyediaan dana pengkreditan untuk pengusaha kecil dan golongan ekonomi lemah. g) Perlu ditekankan juga pentingnya penggunaan teknologi tepat guna dalam usaha menciptakan esempatan kerja. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Negara Indonesia belum melakukan pembangunan yang merata, sejauh ini pembangunan yang dilakukan masih terpusat pada daerah perkotaan.sehingga daerah-daerah pelosok seakan-akan belum terjamah oleh pembangunan, Negara ini juga belum dapat memanfaatkan wilayah-wilayah daerah pelosok yang memiliki potensi untuk membangun perekonomian Indonesia sehingga dapat menambah pendapatan Negara. 3.2 Saran Pemerintah dalam hal ini harus lebih memperhatikan wilayah terpencil dan mengusahakan pembangunan secara maksimal, membuat kebijakan-kebijakan yang dapat menunjang pembangunan di wilayah-wilayah daerah. Merancang perencanaan pembangunan pada daerah pelosok, namun bukan hanya pemerintah saja yang memiliki kewajiban untuk membuat pembangunan di Indonesia menjadi merata, sehingga meningkatkan taraf kesejahteraan rakyatnya, namun juga setiap individu dari masyarakat juga harus mengusahakan kesejahteraan atas diri masing-masing, dengan lebih giat bekerja serta menumbuhkan dan mengembangkan sifat kewirausahaan, selain itu pembangunan yang ada juga diharapkan tetap dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan serta berkelanjutan, agar tetap ada keseimbangan alam. DAFTAR PUSTAKA http://dek-dilla.blogspot.com/2012/01/v-behaviorurldefaultvmlo.html Ritonga, M.T,dkk.Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI.Jakarta: Penerbit PT. Phibeta Aneka Gama, 2007. Ritonga, M.T,dkk.Ekonomi untuk SMA/MA Kelas X.Jakarta: Penerbit PT. Phibeta Aneka Gama, 2007.

CONTOH KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT , karena atas berkat rahmat serta limpahan karunia-Nya sehingga makalah studi sosial ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini berjudul studi sosial masalah ekonomi tentang pembangunan di Indonesia yang belum merata ,serta disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah studi sosial pada program studi pendidikan ekonomi semester 2 , tahun akademik 2102-2013, makalah ini mengajak kita semua untuk lebih mengetahui bagaimana sebenarnya pembangunan di Indonesia pada saat ini, sehingga dapat mengetahui hal-hal apa saja yang dapat menjadikan pembangunan di Indonesia yang belum merata , bukan hanya dalam bidang ekonomi, namun juga bidang yang lainnya seperti pendidikan , sosial dll. Makalah ini disusun sedemikian rupa agar pembacanya lebih mudah memahami tentang apa saja yang sebenarnya ingin disampaikan melalui makalah ini, serta diharapkan pula dapat bermanfaat pula bagi penulis serta para pembacanya. Penulis juga menyadari bahwa makalah ini mungkin tidak lepas dari kesalahan. Untuk itu penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran demi perbaikan di masa depan. Penulis

Sabtu, 19 Oktober 2013

Contoh PROPOSAL PEMBAHARUAN IJIN OPRASIONAL PONDOK PESANTREN DARUSSA’ADAH

A. UMUM Perkembangan yang pesat pada teknologi membawa perubahan yang sangat besar terhadap pola dan tata kehidupan sosial kehidmanusia, termasuk perubahan ekonomi, sosial, dan budaya. Sebagai salah satu sektor dalam sistem sosial kehidupan manusia, yang berakibat tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan agama yang bermutu diera sekarang ini menjadi keniscayaan sebagai problem solving bagi permasalahan hidup yang dijalani tak terkecuali pendidikan pondok pesantren. B. LATAR BELAKANG Pondok pesantren merupakan pendidikan agama tertua di Indonesia yang tetap eksis, hal ini disebabkan kebutuhan masyarakat sendiri dalam upaya menginternalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan harusalah memperhatikan dan menyeimbangkan antara ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam iman dan taqwa (IMTAQ) karena keseimbangan tersebut dapat melahirkan manusia yang dapat menjadi kholifah dimuka bumi ini sebagaimana yang diamanahkan oleh allah SWT, kecenderungan manusia merusak kehidupan dimuka bumi ini tak lain adalah disebabkan kurangnya penanaman dan pengamalan terhadap agama, yang manakala kecenderungan tersebut tidak dihilangkan maka akan sangat membahayakan bagi kehidupan manusia tersebut bik bagi orang yang melakukanya ataupun yang bukan melakukanya. Pendidikan seumur hidup yang dicetuskan oleh Rosulluloh SAW merupakan pondasi yang sangat penting untuk diperhatikan dan dijalani, secara abstrak gambaran itu jelas bahwa waktu yang kita miliki akan senantiasa kita arahkan untuk mencari ilmu. Pendidikan yang dijalani sehari penuh menjadi pilihan utama untuk mengisi waktu yang kita miliki dengan belajar, dan pola seperti itu dikenal sebagai pola pendidikan asrama atau pondok pesantren. Sejarah pendidikan di Indonesia sendiri diawali dengan pendidikan pondok pesantren yang menjadi cikal bakal tumbuhnya pola-pola pendidikan islam sekarang ini dan terus menerus bertahan karena dinilai banyak menuai keberhasilaan dan kemanfaatan, baik bagi masyarakat apalgi alumni-alumninya yang sebagian lahir menjadi pahlawan kemerdekaan. Sejalan dengan itu tujuan pendidikan secara nasional universal sendiri adalah menciptakan manusia seutuhnya yaitu manusia yang cerdas lahir dan batin, atau dengan kata lain manusia yang memiliki tiga kecerdasan, yaitu Kecerdasan Spiritual (SQ) dan Kecerdasaan Intelektual (IQ), serta Kecerdasan Emosional (EQ). Dari ketiga kecerdasaan itu yang paling utama untuk dimiliki adalah SQ dan EQ, karena keduanya adalah pijakan yang tepat untuk menggapai kebahaagian duniawi maupun ukrowi. Maka Subtansi pendidikan pondok pesantren secara garis besar diarahkan dan diorientasikan dalam upaya meraih kedua kecerdasan tersebut walapun tidak sepenuhnya mengenyampingkan Kecerdasan Intelektual (IQ). Dalam mepertahankan serta mewarisi budaya pendidikan pesantren yang telah dipaparkaan panjang lebar diatas, untuk menciptakan out put yang maksimal ada mekanisme yang harus kami penuhi salah satunya tentang perizinan Oprasional Pondok Pesanteren, yang dianggap sebagaai hal sakral dan pengaruh signifikan dalam mendirikan sebuah lembaga, hal ini disebabkaan kita berada dalam sebuah negara yang menjujung tinggi hukum maka seyogyang itu merupakan kunci utama bagi kami bisa menjadi bagian sekaligus pantaun negara yang mempunyai kewenangan. C. MAKSUD dan TUJUAN Memohon Pembaharuan Ijin Oprasional Pondok Pesantren Darussa’adah, guna mentaati aturan hukum, sekaligus memeperlancar yayasan kami agar tidak dianggap sebagi yayasan yang Ilegal oleh masyaraakaat. D. VISI dan MISI Dalam sekujul yang tertata secara sistematis “Yayasan Pondok Pesantren Darussa’adah” memiliki Visi dan Misi, adapun keduanya adalah sebagai berikut ; 1. Visi Visi Pendirian Yayasan Pondok Pesantren Darussa’adah adalah “Melaksanakan Usaha Kesejahteraan Sosial dengan Melakukan Santunan, Bimbingan, Pendidikan, dan Pembinaan Anak-Anak Yang Berasal Dari Keluarga Kurang Mampu dan Bidang Pendidikan Agama Islam Untuk Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berahlak Mulia, Bertaqwa, Dan Berilmu Pengetahuan” 2. Misi Guna mewujudkan Visi yang ditetapkan, maka perlu didukung oleh Misi sebagai suatu pernyataan dalam menetapkan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, adapun Misi “yayasan pondok pesanteren adalah sebagai berikut ; • Menyantuni dan mengasuh anak-anak yatim piatu yang berasal dari keluarga tidak mampu dari segi ekonomi di dalam Yayassan Pondok Pesantren Darussa’adah. • Membimbing dan mendidik sumber daya manusia yang kurang mampu untuk menjadi sumber daya manusia yang beriman, bertaqwa, berkwalitas, serta memiliki wawasan ilmu pengetahuan. • Mengengkat derajat dan martabat kaum Dhu’affa hingga terwujud manusia yang mandiri. • Sebagai lembaga sosial yang tujuan utamanya dalam mebina, mendidik, dan mengarahkan masyarakat fakir miskin dan kurang mampu agar mendapat pendidikan agama, khususnya agama islam. • Menjujung tinggi dalam nilai kemanusian dan menyejahterakan umat manusia lahir batin serta kesetiakawanan sosial. E. PENUTUP Demikian proposal ini kami buat sebagai salah satu syarat pengajuan Pembaharuan Ijin Oprasional Pondok Pesantren Darussa’adah, dalam upaya memperlancar segala urusan dengan birokrasi pemerintahan, serta terus menerus memberikan pedidikan yang berkarakter bagi setiap santri. Pimpinan, Pondok Pesantren Darussa’adah Ust. Muhamad Fahrurrizal S.Sos.i

Pertama Jualan Catatan Harian Legenda Perjalanan

“Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang”, sebuah syair cukup familiar di kalangan kampus seolah menjadi semboyan takala presentasi. Malum, mata kuliah pengantar ekonomi terkadang tak sesuai teori, penjelasan yang berbelit dan pengarahan ngeloyor buat kami jenuh hati, apalagi perhatian dosen lebih dominan pada langit-langit ruangan. “itu dosen liat mahasiswa apa liat cicak ?” suara Merta May Salim “maunya ?” balas andref tak kalah Persahabatan kami terbentuk sejak penyiksaan propti, inagurasi, hingga makrab diadakan, penuh duka rasa mengingatnya. “maunya liat cicak paling” balasku tak kosentrasi juga, menerima mata kuliah. *** Hal biasa dan wajar, melihat keributan saat itu, meskipun kami satu angkatan terkenal nakal tapi kemauan wirausaha agaknya terlihat pada diri Meng alias Merta Mey Salim, mahasiswa paling beruntung dan untung, bayangkan saja ia lulus SMA 2010 bisa tebus tes SNMPTN 2012. Pantas saja sekarang telihat damai hidupnya, apalagi sejak ia bertemu siska teman satu kelas juga, denger-denger mereka pacaran, asyik tuh pacaran tiap makan ada yang ngingetin, tidur ada yang bangunin, sholat ada yang ngajakin, hingga cebok ada yang cebokin, sampai-sampai saat berak ada yang nadahin. “dasar gila ini dosen” andref lagi-lagi bersuara “kalok gila dosen, berarti mahasiswa juga gila donk !” balas Merta “HARAP DIAM DAN TENAG ADA UJIAN” tulisku di secarik kertas, mengingatkan mereka akan kembali kondusif. “weleh sok ngustad loe ?” goda andref meraih seraya kertas dan menyobeknya. Bukan terlihat diam, malah sebaliknya kami barisan paling ribut diantara yang lain “oh, iya mam ada bisnis nih, cocok untuk anak kosan” hentak merta, bermuka serius “apa boy ?” “jual materai, pensil, buku, penghapus, pokoknya peralatan tes SNMPTN” paparnya memberi peluang usaha. Benar sekali hajar nasional itu esok akan terjadi, sebagai salah satu sentral pendidikan di kota lampung tentu kampus kami menjadi pusat Tes. “untungnya gimana ?” napas ini terdengar lancar melihat peluang uang. “ya biasa, semua kita jual lebih mahal dari biasanya” “dosa gak itu ?” balasku sedikit ragu “kan elo yang ustad” ejek andref ikut nimbrung “susah emank bisnis sama ustad” merta mengahiri percakapan. *** Keuanagn anak kost memang sangat mengenaskan saat itu, inisiatif jualan ahirnya terpaksa dilakono, entah halal atau haram semuanya kami hantam, untung saja jualan itu kami lakukan bersama teman satu kosan tapi beda jurusan. Singkat cerita, esok pagi kami sudah stan bay, di perguruan Al Kausar, dengan penampilan ala kadarnya dan berlagak melakukan penawaran, kami diserbu deretan siswi dan siswa Nota harga Pansil 2.500 jual 4.000 Penghapus 1.000 jual 2.000 Hingga materai 6.000 kami jual 10.000 Lumayan sih untunya hanya berngkat 1 jam untung bersih 132.000, tapi dasar sial untung sebnyak itu cuman kami habiskan makan, nongkrong hingga beli rokok “ kembali lagi pada hikmah cerita” bahwa rezeki halal akan lebih bermanfdaat dibandingkan dengan rizki haram, gak bercaya, mau tau, cobain aja..

perubahan sosial dan penyebab venomenanya

Mengamati fenomena sosial yang terjadi di lingkungan sekitar, dengan mengacu pertanyaan 5 w, 1 H o Prakata Masih terasa tabu ketika berbicara tentang demokrasi di bumi pertiwi, entah mengapa sejak berpuluh tahun negara indonesia merdeka belum mampu sepenuhnya menegakan demokrasi, hal ini menurut pengamatan banyak dilandasi adanya faktor-faktor yang ikut nimbrung mengkotori transisi dari otorerisme tersebut. Padahal menurut pengamat politik “Demokrasi” adalah idiologi paling sempurna, hal ini berlandasan bahwa kekuasaan tertinggi dipegang langsung oleh rakyat, di Indonesia sendiri adanya histori Revolusi pada massa orde baru, merupakan tututan tertinggi dari rakyat untuk mengambalikan kedaulatan. 1998 adalah tahun penting dalam perjalan Demokrasi di negara ini, dimana orde baru dibawah pucuk pimpinan Suharto, diturunaka rakyat secara paksa, maka sudah seyogyanya dengan adanya peristiwa tersebut demokrasi di Indonesia berjalan sempurna. Namun, sampai saat ini realisaisnya jauh, dari adanya faktor perubahan sosial dalam pendekatan ilmu sosiologi, kami ditugaskan menggagas pengamatan dengan mengangkat pertanyaan 5W dan 1H, oleh karnanya dalam prakata ini saya memilih tema “Demokrasi”, sebagai landasan paling apik dan membumi, lebik spesifik lagi “Demokrasi di Bumi Pertiwi” *Kemelut Demokrasi di Bumi Pertiwi* 1. What (apa) Apa yang menyebabkan Kemelut demokrasi di bumi pertiwi ? Jawaban Adapun penghambat terbesar demokrasi di Indonesia, tak lebih dari adanya fokus penciptaan prosedural demokrasi seperti juga Pemilu, yang tak kunjung dapat sempurna, alhasil inti pokok demokrasi sendiri tak kunjung dirasakan oleh masyarakat. Coba saja kenyataanya demokrasi di Indonesia, hanya perputar dari urusan partai politik, malah ada sebuah ungkapan lebih mengutamakan kepentingan partai politik dibandingkan kepentingan rakyat. Oleh sebab itu penghabat perjalan demokrasi di indonesia adalah pijakan fokus pada prosedural saja. 2. When (Kapan) Kapan terjadinya kemelut demokrasi di bumi pertiwi ? Jawaban Terjadi kemelut demokrasi di bumi pertiwi, dapat dirasakan sejak negara ini merdeka, dari catatan historis pada masa orde lama, Preiden Sukarno dipilih langsung oleh rakyat, dengan persetujuan petinggi negara, jauh sesudahnya digantikan orde Baru dibawah naungan Presiden Suharto, yang dianggap Otoriter oleh banyak pihak dan diturunkan paksa pada tahun 1998. Namun sampai saat ini KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) yang menjadi musuh terberat demokrasi, masih kerap di jumpai. Maka penyakit inilah yang menjawab demokrasi di Indonesia tak kunjung sesuai rencana. 3. Why (Mengapa) Mengapa kemelut demokrasi di bumi pertiwi terus terjadi? Jawaban Yang menyebabkan kemelut demokrasi di bumi pertiwi terus terjadi, adalah kurang korelasi antara masyarakat sebagai agent kontrol, dan pemerintah yang menjalankankanyapun kurang memiliki rasa Nasionalisme, hingga memunculkan spekulasi bahwa demokrasi di indonesia akan terus berjalan di tempat selama keadaan ini masih bertahan dalam jalan yang sama. 4. where (Dimana) Dimana letak kesalahan demokrasi di bumi pertiwi, sehingga terus mengalami kemelut tak tertuntasakan ? Jawaban Letak kesalahan demokrasi sebenarnya bukan pada caranya, sama juga seperti konsensus yang bukan salah pada UU, namun lebih condong pada setiap element penegak Demokrasi, atau lebih rinci lagi adanya sikap tidak saling memiliki antara yang diatur dang pengaturnya. 5. Who (Siapa) Siapakah yang menyebabkan demokrasi di bumi pertiwi terus berjalan di tempat ? Jawaban Ada sebuah literatur yang mengatakan bahwa, Nepotisme adalah warisan budaya bangsa ini, namun agaknya selidik punya selidik pernyataan itu ada benarnya, sebab masyaarakat sendiri kini melihat demokrasi hanya sebgai simbul perubahan idiologi, tanpa mampu terus beradaptasi melihar realitas yang dibutuhkan. Misalnya dalam keturunan, masyarakat masih melihat tinggi dalam staratanya. 6. How (bagaimana) Bagai mana perjalan demokrasi di bumi pertiwi? Jawaban Perjalanan demokrasi di bumi Pertiwi, pada dasarnya jauh dibandingkan dengan negara asal muasalnya Demokrasi (AS), hal itu terlihat mencolok dari kenyataan politik yang mewarnai kekuasaan, misalnya pada proses pemilu di Indonesia yang masih mengunakan politic money (politi uang), selain itu kekuasan di indonesia masih terlihat turun temurun, artinya kekuasaan di ukur dari keturuan, bukan dari ukuran kualitas .

Unsur-Unsur Penelitian Survai

Unsur-Unsur Penelitian Survai  Penelitian Survai Penelitian survai adalah suatu upaya yang sistematis untuk menerangkan fenomena sosial dengan cara memandang fenomena tersebut sebagai hubungan antar variable, dalam memandang variable tersebut metodeolgi penelitian survai membpunyai dua tahap, yaitu ; 1. Tahap Teorisasi Tahap ini diperlukan, karena adanya pengetahuan tentang konsep, proposisi, dan teori, hingga peneliti akan merumuskan teoritis secara baik. 2. Tahap Empiris Pada tahab yang kedua berisi pengetahuan tentang variable, hipotesa dan defenisi opraional (agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas tentang dala yang akan dikumpulkan dalam suatu penelitian). Dengan adanya kedua tahap tersebut, barang tentu inti pokok ilmu pengetahuan sudah terpenuhi, yaitu konsep, proposisi, teori, variable, hipotesa, dan defenisi oprasional. Diagram Hubungan Antar Unsur-Unsur Penelitian Propoisi Konsep Konsep Hipotesa Variable Varibale Hipotesa Statistik Defenisi Oprasional defenisi Oprasional Sumber :Singarimbum, Soffyan, Dalam Metodologi Penelitian Sosial  Penjelasan Perangkat Pokok Ilmu Penegatahuan Penjelasan perangkat pokok ilmu pengetahuan dalam berbagai metode penelittian, terutama dalam cangkupan survai antara lain, sebagai berikut ;  Konsep Konsep dalam penelitian survai adalah istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat, fenomena yang hendak diteliti, melalui konsep peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran, dengan menggunakan istilah untuk beberapa kejadian (events) yang saling berkaiatan satu dengan yang lainya. Dalam penelitian sendiri, konsep dibedakan menjadi dua, yaitu ; 1. Konsep yang jelas hubunganya dengan fakta atau realitas yang mereka wakili 2. Konsep yang lebih abstrak atau lebih kabur dengan relitas atau fakta yang mewakili Kedua konsep tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan, misalanya saja dicontohkan konsep pertama (meja) yang dapat diukur, diamati, dan di ilustrasikan, sedangkan pada konsep yang kedua lebih banyak diamati dalam penelitian sosial, yang tentunya tidak mudah dihubungkan dengan fenomena yang sesungguhnya, contohnya saja, kecerdasan, prilakau memilih, demokrasi, dan debirokratisasi. Adapun kedua konsep ini terkadang saling berkesinambungan dalam penelitianya, misalkan penelitian tentang penduduk yang menyangkup beberapa kiteria di dalamnya seperti, mobilitas, fartilitas, mortalitas, kelangsungan hidup anak, status wanita, partisipasi keraja, dan jenis kelamin, yang bisa diamati dengan menggunakan kedua konsep tersebut. Konsep penggabungan ini dikenal dengan istilah inferensi yaitu, tingkatan abstraksi yang lebih tinggi, dari kejadian-kejadian yang kongrit, sehingga tidak mudah menghubungkan kejadian tersebut (konstruk), semakin besar jarak antar konsep tersebut, atau konstruknya maka relisanya semakin besar pula terjadinya salah pengertian, serta salah penggunaan. Maka pengertian konsep secara luas diartikan abtraksi mengenai suatu fenomena yang di dasarkan atas generalisasidari sejumlah kateristik kejadian, keadanan, kelompok atau individu tertentu. Peran konseb ini cukup menmpati taraf penting dalam penelitian, yaitu menggabungkan dua teori dan observasi antar abstraksi dan realitas  Proposisi Proposisi berarti hubungan yang logis antar dua konsep realitas sosial, untuk realitas sosial, sering digambarkan antar satu konsep, sedangkan kompleksnya realitas sosial dihubungkan dengan beberapa campuaran konsep. Contoh proposisi adalah “Proses Migrasi Tenaga Kerja Ditunjukan Oleh Tenaga Kerja” yang bermula dari pernyataan Hariss dan Tadaro, dal masyarakaat migrasi. Maka dapatlah dikataan proposisi tak memiliki format tertentu, yang biasa disajaikan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menunjukan dua konsep, selain itu dalam penelitian juga dikenal dengan adanya dua tipe proposisi, Pertama tipe aksioma atau postulat yang berarti prosposi petrnyataanya tak perlu lagi diteliti sebab sudah teruji kebenaranya, contonya pernyatataan bahwa prilaku manusia sesuai kepentinganya, kedua tipe thorem yang biasa lebih menjadi pusat penelitian, yaitu proposisi yang deduksinya dari aksioma, misalnya pada teori kestabilan ekonomi, yang baanyaak mempengaruhi dari hal tersebut.  Teori Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial, maka teori ini menpati peranan tertinggi dalam penelitian, dengan adanya teori peneliti mencoba menerangkan fenomenal sosial yang terjadi. Teori sediri, dalam buku (singaribium, dan effendi : 2012) mengandung tiga element penting, 1. Serangkaian proposisi yang mengandung konsep saling berhubungan 2. Teori menetrangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep. 3. Teori merupakan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana, yang saling berhubungan. Hal-hal inilah yang menghubungkan antara proposisi dan konsep yang tidak dapat dipisahkan, baik secara aksiomatis mauapun thorem, maka wajar saja proses penyususnan teori menggunakan model deduksi-induksi, kerane peneliti menggunakan teorinya pada asioma dan observasi, proses ini amat wajar jika terjadi kesalahan, bahka gleser dan stratus berpendapat bahwa, teori seharusnya berakar pada realitas.  Variable Variable diarikan sebagai variasi yang memiliki nilai, artinya variable itu berfungsi mengubah konsep agar dapat diteliti secara empiris, caranya adalah dengan memilih dimensi tertentu konsep yang mempunyai variasi nilai. Contohnya adalah konsep “Badan”, agar dapat diteliti secara empiris maka harus dibuat variable dengan mengambil dimensi konsep, misalnya tinggi badan, berat badan atau bentuk badan. Dalam penelitian sosial variable sendiri, juga dibedakan menjadi dua, yaitu ; 1. Veriable kategorikal (categoricaal variable) Yaitu variable yang membagi responden menjadi dua kategori (dekotomi), atau beberapa kategori (politomi), contoh variable dekotomi adalah jenis kelamin (laki/ perempuan), sedangkan variable politomi adalah jenjang pendidikan (Paud, TK, SD, SMP, SMA, S1, S2, dan S3). 2. Variable Bersambung (continous Variable) Variable bersambung adalah variable yang nilai-nilainya berbentuk skala, baik bersifat ordinal maupun rasio, contohnya adalah usia, jumlah pendapatan, tingkat sentuhan media massa, dan lain sebagainya. Namun sering terjadi, dari variable bersambung diubah menjadi variable kategorikal agar peneliti lebih mudah menggunakan tabulasi sialang dan analisa variasi, dan sebaliknya variable kategorikal tidak dapat dirubah menjadi variable bersambung.  Hipotesa Hipotesa diartikan sebagai sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidaak bisa di tinggalkan, karena ia merupakan instrumen krja dari teori, tahap hipotesis dilakuakn sesudah hasil deduksi dari teori dan populasi. Oleh karena itu hipotesa berbentuk suatu pernyataan yang menghubungkan antar dua variable atau lebih, maka perbedaan dengan proposisi yaitu, hipotesa dianggap lebih jelas dan oprasional, lebih siap diuji secara empiris, karena variable-variablenya dapat diukur. Maka barang tentu dalam hipotesa terdapat beberapa variable yang saling mempengaruhi lebih dibandingkan dengan propisisi, Hubunganya yang terdapat pada hipotesa, antara lain yaitu ; 1. Variable terpengaruh, tindajkan ekpresif 2. Variable pengaruh (kondidi lingkungan sosial), hiptesa seperti ini juga dinamakan hipotesa dirumuskan secara emplisit ”tindakan ekprensisf lebih tinggi pada kehidupan masyarakat”. Dalam penelitian sosiaal sebenarnya jarang sekali kita menempukan penelitian yang hanya terdiri dari dua variable, karna inti penelitianya masyarakat yang mempunyai sifat multidinamais, oleh karnanya hipotesa yang sering dilakaukan penelitian ilmu sosial (psikologi, sosiologi, dan antropologi) adalah hipotesa multivariant. Dasarnya hipotesa adalah pemikiran spekulatif dari penelitian yang sudah ditentukan dengan teori dan proposisi, namun meskipun demikian terkadang observasi empiris yang ada tak mesti harus sesuai dengan hipotesa yang ditentukan, hipotesa yang tidak terbukti akan dapat menimbulkan pemikiran baru, baik berupa teori baru ataupun metodologi baru, yang akan terus mengembangkan ilmu pengetahuan.  Defenisi Oprasional Defenisi oprasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variable, dengan kata lain defenisi oprasional adalah semcam petunjuk bagaimana caranya mengukur variable. Kegunaan defenisi Oprasional adalah untuk menghindari ketidak siapan variable dan konstruk (construk) yang belum sepenuhnya siap diukur, artinya dengan adanya defenisi oprasional dapat saling membandingkan antar satu pihak pengukuran teori yang sudah ada dangan adanya pernyataan dari hipotesis, penelitian yang tersedia. Formulasi defenissi oprasional dapat mengambil berbagai bentuk, contohnya “tingkat kecerdasaran seseorang ditunjukan oleh skor (score) dari tes kecerdasan”, dengan adanya anaslisi kebenasran yang terja

proses penenlitian survai

RESUME BAB II Proses Penelitian Survai Proses penenlitian sosial mempunyai tujuan menerangkan suatu fenomena sosial, atau suatu peristiwa (event) sosial, oleh karna itu dalam instrumen peneliti sendiri diharapkan mempunyai dua syarat penting yaitu ; 1. Logika atau rasionalitas 2. Observasi atas fakta-fakta sosial Kedua hal diatas adalah yang paling frontal dalam penelitian, sebab pemahaman ilmiah atas realitas dan sosial harus logis, diterima oleh akal sehat dan sesuai dengan yang terjadi dalam realitasnya. Sering kali karna hal itu ilmu penegetahuan, termasuk ilmu sosial (logika-empiris), artinya teori sosial digunakan sebagai sebagai unsur logika, dan penelitian berguna sebagai hal yang paling empiris. Maka seyogyanya dari kedua unsur diatas ditarik kesimpulan bahwa, teori sosial dan penelitian sosial terjadi perbedaan, meskipun selalu berjalan bersama, perbedaan-perbedaan tersebut terletak pada segi manfaatnya, dimana teori penelitian berfungsi sebagai pemikiran awal berupa spekulatif, sedangkan penelitian berguna sebagai pembuktian, yang aganya bisa menjadi bantahan serta penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya. Banyak studi yang dicontohkan untuk dapat menganalisa, misalkan saja teori Gold Scheider dan uhlenberg tentang pernyataan “ golongan minoritas mempertahan kaneksentesinya adalah dengan memperbanyak jumlah mereka melalaui tingkat kelahiran yang tinggi”, bertitik tolak pada ini peneliti Indonesia jelas memunculkan hipotesis bahwa “golongan Tiong hoa di Indonesia akan memperbanyak keturunan”. Pada kenyataanya hal ini tidak sesuai saat proses penelitian, sebab hasil empirisnya menyatakan bahwa kelompok Tiong Hoa fartilitas kelahiran selalu lebih rendah dibandingkan dengan kelompok ataupun suku lain. Oleh karena itu penyesuaian model yang ada di dalam penelitian sosial dan teori sosial, tidaklah menyangkup satu saja, melainkan dalam pembuktian empirisnya dikenal beberapa metode guna menemukan hasil yang dianggap pas dan benar (seusi dengan lapangan yang ada), diantaranya adalah sebagai berikut ; A. Model Penelitian Statis Model penelitian statis menggambarkan proses penelitian, yang menyangkup beberapa step (Teoritis, Oprasionalisasi, dan pengujian Hipotesis), guna menentukan hasil yang empiris. Tahap “Teoris”, penelitian ini mewajibkan seorang harus mengklarifikasi variasi niat dan praktek penerimaan dari berbagai teori tentang adanya suatu maslah sosial, yang mukin bisa dipengaruhi oleh faktor sejarah, dan faktor lingkungan. Hingga memunculkan sebuah cara matematis (dikemukanan Fisbin), niat seseorang untuk berprilaku (N), dipengaruhi oleh persepsiya tentang manfaat prilku tersebut (PM), serta persepsinya tentang kelompok panutanya (PS). Tahap “Oprasionalisasi” yaitu tahap penerjemahan teori-teori yang masih umum tadi menjadi variable, indikator dan defenisi dan defenisi oprasional. Spekulasinya menimpulkan adanya hipotese pertanyaan yang masih perlu di jelaskan kembali. Tahap “pengujian hipotesa”, tahap pengujian hipotesa adalah tahap terahir yang berguna sebagai, penyusunan instrumen penelitian yang berguna mengumpulkan data dari kedua tahab sebelumnya, penentuan penelitian dan sempel penelitian, penentuan teknik penggumpulan data, serta penentuan teknik analisa dengan kuantitatif atau kualitatif. Misalkan saja dalam penelitian “imunisasi penyakit campak pada bayi”, dimana teori-teori menjelaskan bahwa semakin sering seorang anak melakukan imunisasi maka sudah sepantasnya seorang nak bisa terbebas dari penyakit campak, proses ini selanjutnya di detailkan dengan tahap oprasionalitas, dimana variable keselamatan bayi ditentukan orang tua, yang bisa dipengaruhi tingakat pendidikan, dari spekulasi oprassional tersebut memunculkan hipotesis “ bahwa semakin terhindar seorang bayi dari penyakit campak, semakin sering orang tua memberi imunisasi”, hingga tiba pada tahap tershir yakni pengujian hipotesis, yang menghasilkan data empiris. Data dari Metode Penelitian Statis tersebut memiliki beberapa kelemahan, yaitu ;  Dalam kenyataanya proses penelitian tak semulus yang di gambarkan  Proses penelitian tak semekanis yang digambarkan Hingga dapat dikatakan metode lebih conding terpaku pada teoritis. B. Model Penelitian Dinamis Model ini dinamakan Babbie sebagai model “dua Logika”, yang menjasis paling sesuai menggambarkan proses penelitian dan realitas, Hal demikian dikeranakan proses ini menjelaskan dua cara dedkasi sebagai teori, dan induksi menjadi generalisasi empiris. Cara bolak balik tersebetut, digambarakan wellece, bermula dari teori yang menhasilakn hipotesa, dan hipotesa menunjukan bagimana cara melakukan observasi, dan observasi menghasikan generalisasi dan generalisasi kan menimbulkan sanggahan atau dukungan pada teori. Diagramnya metode penelitian dinamis adalah sebagai berikut Teori Generalisasi Hipotesa Empiris Observasi Sumber : E.R. Babbie, the practice of research. 4th Edition. Belmont, Widswoarth, 1986 (singabrium, effendi, 2012) Sudah berang tentu pada seluruh element proses ini, penelitian bernalar pada observasi, jadi, unsur logikadan unsur pembuktian empiris dalam penenlitian mempunyai fungsi yang sama pentingnya. C. Preoses Penelitian Survai Salah satu metode penelitian yang amat luas penggunanya adalah metode penelitian survai, yang mempunyai ciri mengumpulkan data dari respondeng berjumlah banyak menggunakan kuesioner, maka keuntunganya adalah memunculkan kemungkinan pembuaatan generalisasi untuk populasi besar. Menurut wellece, proses penelitian survai berguna mentransformasikan lima komponen informasi ilmian, yaitu ; 1. Teori 2. Hipotesa 3. Observasi 4. Generalikasi empiris 5. Penerimaan atau penolakan hipotesa. Kelimanya dikontrol dalam metodologis yang sama yaitu 1. Deduksi logika 2. Interprestasi, penyusunan instrumen, penyusunan sekala, dan penentuan sempel 3. Pengukuran penyederhanaan, dan perkiraan paramenter 4. Pengujian hipotesa, serta infrementasi logika 5. Foemulasi konsep, formulasi populasi dan penataan proposisi Hingga pada penjabaran motode ini selalu diawali dengan adanya minat peneliti untuk menjabarkanya fenomena sosial tertentu, minat itu kemudian ditindak lanjuti menjadi masalah penelitian yang lebih jelas dan sistematis dengan menggunakan informasi ilmiah yang sudah tersedia dalam litelatur ( teori). Teori ini kemudian dekembangkan dalam model deduksi memunculkan adanya hipotesa yaitu informasi yang lebih spesifik dan lebih sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah selanjutnya hipotesa memberikan variable penelitian serta hubunganya, adapun guna menentukan variable yang cocok peneliti mengunalakn metodologis tertentu untuk mengambil sepel dari banyaknya poipulasi yang ada. Dalam penelitian survai sendiri, populasi berguna menemukan jumlah yang relavan dalam buat penelitinya, informasi itu disebut data atau observasi, pengelolahan observasi (data), dioleh dengan mengunakan model statistik (menyederhanakan data). Adanya ketepatan dalam hasil ditentukan paramenter, yang terjadi karena adanya proses perbandingan antara informasi tentang sempel dan informasi populasi (pikiran paramenter). Cara-cara tersebut sebenarnya dalam penelitian survai, berintikan keahlian dan kemampuan peneliti, guna menentukan hasil yang dianggap relevan denagn kenyataan yang sebenarnya RESUME BAB III Unsur-Unsur Penelitian Survai  Penelitian Survai Penelitian survai adalah suatu upaya yang sistematis untuk menerangkan fenomena sosial dengan cara memandang fenomena tersebut sebagai hubungan antar variable, dalam memandang variable tersebut metodeolgi penelitian survai membpunyai dua tahap, yaitu ; 1. Tahap Teorisasi Tahap ini diperlukan, karena adanya pengetahuan tentang konsep, proposisi, dan teori, hingga peneliti akan merumuskan teoritis secara baik. 2. Tahap Empiris Pada tahab yang kedua berisi pengetahuan tentang variable, hipotesa dan defenisi opraional (agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas tentang dala yang akan dikumpulkan dalam suatu penelitian). Dengan adanya kedua tahap tersebut, barang tentu inti pokok ilmu pengetahuan sudah terpenuhi, yaitu konsep, proposisi, teori, variable, hipotesa, dan defenisi oprasional. Diagram Hubungan Antar Unsur-Unsur Penelitian Propoisi Konsep Konsep Hipotesa Variable Varibale Hipotesa Statistik Defenisi Oprasional defenisi Oprasional Sumber :Singarimbum, Soffyan, Dalam Metodologi Penelitian Sosial  Penjelasan Perangkat Pokok Ilmu Penegatahuan Penjelasan perangkat pokok ilmu pengetahuan dalam berbagai metode penelittian, terutama dalam cangkupan survai antara lain, sebagai berikut ;  Konsep Konsep dalam penelitian survai adalah istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat, fenomena yang hendak diteliti, melalui konsep peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran, dengan menggunakan istilah untuk beberapa kejadian (events) yang saling berkaiatan satu dengan yang lainya. Dalam penelitian sendiri, konsep dibedakan menjadi dua, yaitu ; 1. Konsep yang jelas hubunganya dengan fakta atau realitas yang mereka wakili 2. Konsep yang lebih abstrak atau lebih kabur dengan relitas atau fakta yang mewakili Kedua konsep tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan, misalanya saja dicontohkan konsep pertama (meja) yang dapat diukur, diamati, dan di ilustrasikan, sedangkan pada konsep yang kedua lebih banyak diamati dalam penelitian sosial, yang tentunya tidak mudah dihubungkan dengan fenomena yang sesungguhnya, contohnya saja, kecerdasan, prilakau memilih, demokrasi, dan debirokratisasi. Adapun kedua konsep ini terkadang saling berkesinambungan dalam penelitianya, misalkan penelitian tentang penduduk yang menyangkup beberapa kiteria di dalamnya seperti, mobilitas, fartilitas, mortalitas, kelangsungan hidup anak, status wanita, partisipasi keraja, dan jenis kelamin, yang bisa diamati dengan menggunakan kedua konsep tersebut. Konsep penggabungan ini dikenal dengan istilah inferensi yaitu, tingkatan abstraksi yang lebih tinggi, dari kejadian-kejadian yang kongrit, sehingga tidak mudah menghubungkan kejadian tersebut (konstruk), semakin besar jarak antar konsep tersebut, atau konstruknya maka relisanya semakin besar pula terjadinya salah pengertian, serta salah penggunaan. Maka pengertian konsep secara luas diartikan abtraksi mengenai suatu fenomena yang di dasarkan atas generalisasidari sejumlah kateristik kejadian, keadanan, kelompok atau individu tertentu. Peran konseb ini cukup menmpati taraf penting dalam penelitian, yaitu menggabungkan dua teori dan observasi antar abstraksi dan realitas  Proposisi Proposisi berarti hubungan yang logis antar dua konsep realitas sosial, untuk realitas sosial, sering digambarkan antar satu konsep, sedangkan kompleksnya realitas sosial dihubungkan dengan beberapa campuaran konsep. Contoh proposisi adalah “Proses Migrasi Tenaga Kerja Ditunjukan Oleh Tenaga Kerja” yang bermula dari pernyataan Hariss dan Tadaro, dal masyarakaat migrasi. Maka dapatlah dikataan proposisi tak memiliki format tertentu, yang biasa disajaikan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menunjukan dua konsep, selain itu dalam penelitian juga dikenal dengan adanya dua tipe proposisi, Pertama tipe aksioma atau postulat yang berarti prosposi petrnyataanya tak perlu lagi diteliti sebab sudah teruji kebenaranya, contonya pernyatataan bahwa prilaku manusia sesuai kepentinganya, kedua tipe thorem yang biasa lebih menjadi pusat penelitian, yaitu proposisi yang deduksinya dari aksioma, misalnya pada teori kestabilan ekonomi, yang baanyaak mempengaruhi dari hal tersebut.  Teori Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial, maka teori ini menpati peranan tertinggi dalam penelitian, dengan adanya teori peneliti mencoba menerangkan fenomenal sosial yang terjadi. Teori sediri, dalam buku (singaribium, dan effendi : 2012) mengandung tiga element penting, 1. Serangkaian proposisi yang mengandung konsep saling berhubungan 2. Teori menetrangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep. 3. Teori merupakan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana, yang saling berhubungan. Hal-hal inilah yang menghubungkan antara proposisi dan konsep yang tidak dapat dipisahkan, baik secara aksiomatis mauapun thorem, maka wajar saja proses penyususnan teori menggunakan model deduksi-induksi, kerane peneliti menggunakan teorinya pada asioma dan observasi, proses ini amat wajar jika terjadi kesalahan, bahka gleser dan stratus berpendapat bahwa, teori seharusnya berakar pada realitas.  Variable Variable diarikan sebagai variasi yang memiliki nilai, artinya variable itu berfungsi mengubah konsep agar dapat diteliti secara empiris, caranya adalah dengan memilih dimensi tertentu konsep yang mempunyai variasi nilai. Contohnya adalah konsep “Badan”, agar dapat diteliti secara empiris maka harus dibuat variable dengan mengambil dimensi konsep, misalnya tinggi badan, berat badan atau bentuk badan. Dalam penelitian sosial variable sendiri, juga dibedakan menjadi dua, yaitu ; 1. Veriable kategorikal (categoricaal variable) Yaitu variable yang membagi responden menjadi dua kategori (dekotomi), atau beberapa kategori (politomi), contoh variable dekotomi adalah jenis kelamin (laki/ perempuan), sedangkan variable politomi adalah jenjang pendidikan (Paud, TK, SD, SMP, SMA, S1, S2, dan S3). 2. Variable Bersambung (continous Variable) Variable bersambung adalah variable yang nilai-nilainya berbentuk skala, baik bersifat ordinal maupun rasio, contohnya adalah usia, jumlah pendapatan, tingkat sentuhan media massa, dan lain sebagainya. Namun sering terjadi, dari variable bersambung diubah menjadi variable kategorikal agar peneliti lebih mudah menggunakan tabulasi sialang dan analisa variasi, dan sebaliknya variable kategorikal tidak dapat dirubah menjadi variable bersambung.  Hipotesa Hipotesa diartikan sebagai sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidaak bisa di tinggalkan, karena ia merupakan instrumen krja dari teori, tahap hipotesis dilakuakn sesudah hasil deduksi dari teori dan populasi. Oleh karena itu hipotesa berbentuk suatu pernyataan yang menghubungkan antar dua variable atau lebih, maka perbedaan dengan proposisi yaitu, hipotesa dianggap lebih jelas dan oprasional, lebih siap diuji secara empiris, karena variable-variablenya dapat diukur. Maka barang tentu dalam hipotesa terdapat beberapa variable yang saling mempengaruhi lebih dibandingkan dengan propisisi, Hubunganya yang terdapat pada hipotesa, antara lain yaitu ; 1. Variable terpengaruh, tindajkan ekpresif 2. Variable pengaruh (kondidi lingkungan sosial), hiptesa seperti ini juga dinamakan hipotesa dirumuskan secara emplisit ”tindakan ekprensisf lebih tinggi pada kehidupan masyarakat”. Dalam penelitian sosiaal sebenarnya jarang sekali kita menempukan penelitian yang hanya terdiri dari dua variable, karna inti penelitianya masyarakat yang mempunyai sifat multidinamais, oleh karnanya hipotesa yang sering dilakaukan penelitian ilmu sosial (psikologi, sosiologi, dan antropologi) adalah hipotesa multivariant. Dasarnya hipotesa adalah pemikiran spekulatif dari penelitian yang sudah ditentukan dengan teori dan proposisi, namun meskipun demikian terkadang observasi empiris yang ada tak mesti harus sesuai dengan hipotesa yang ditentukan, hipotesa yang tidak terbukti akan dapat menimbulkan pemikiran baru, baik berupa teori baru ataupun metodologi baru, yang akan terus mengembangkan ilmu pengetahuan.  Defenisi Oprasional Defenisi oprasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variable, dengan kata lain defenisi oprasional adalah semcam petunjuk bagaimana caranya mengukur variable. Kegunaan defenisi Oprasional adalah untuk menghindari ketidak siapan variable dan konstruk (construk) yang belum sepenuhnya siap diukur, artinya dengan adanya defenisi oprasional dapat saling membandingkan antar satu pihak pengukuran teori yang sudah ada dangan adanya pernyataan dari hipotesis, penelitian yang tersedia. Formulasi defenissi oprasional dapat mengambil berbagai bentuk, contohnya “tingkat kecerdasaran seseorang ditunjukan oleh skor (score) dari tes kecerdasan”, dengan adanya anaslisi kebenasran yang terjadi.

Selasa, 15 Oktober 2013

Logika Kehidupan Kelompok

Sudah merupakan naluriah kehidupan berkelompok, hal ini terbukti dengan adanya sikap seseorang yang takan bisa hidup sendirian, meskipun toh ada historis cerita tentang beberapa tokoh yang menyendiri (Robinson Crusoe, Nabi Adam, hingga tokoh tarzan), namanya begitu familiar ketika berbicara indivisu demikian. Bila ditelisik lebih mendalam tentu kehidupan mereka takan bisa diceritakan bila tak ada yang menyaksikan, logikanya jika seseorang hidup sendiri sampi ia mati maka jalan ceritanya akan habis pula bila tidak ada seaksi. Hingga munculah tokoh “Friday”, sebagai teman Robinson Crusoe, tokoh “Hawa” pasangan adam, yang aahirnya menciptakan keturunan terus menerus. Hal ini disebabkan manusia memiliki dua hasrat naluriah ; • Keinginan untuk menjadi satu dengan orang lain • Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana alam sekelilingnya Landasan manusia sendiri terbagi menjadi dua bentuk Jasmani (raga) dan Rohani (jiwa), segi rohanai masnusia terdiri dari alam fikiran dan perasaan, apabila hal itu di realisasikan otomatis menciptakan kehendak yang kemudian menjadi sikap tindak, sikap tindak itulah yang nantinya akan mejadi landasan gerak segi jasmaniah manusia, memunculkan naluri untuk senang tiasa berhubungan dengan sesama, hubungan yang berkesinambungan tersebut dianamakan hubungan interaksi. Hubungan-hubungan itu menurut Charlos Harton cooly dan ferdinan tonnis menghasilakn paguyuban (gemeinschaft) dan patembayan ( gesellschaft), dimana pengertian paguyuban adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya terikat hubungan batin yang murni (alamiah) dan kekal. Sedangakan patembayan (gesellschaft) merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek, bersifat suatui bentuk dalam fikiran semata.

Metode dan Proses Penelitian

Metode dan proses sosial pada dasarnya tidak lepas dari teknik untuk mengetahui fakta sosial, dimana Rizer menggambarkan sebagai “kotak hitam”, yang hanya bisa dilihat bentuk dan warna, namun tak bisa dilihat isi dalamnya. Filosofi diatas agaknya tepat mengambarkan penelitian sosial, yang bisa dinilai dari bentuk materi yang nyata tapi tak bisa melihat nilai, norma, peranan, pranata yang berada dalam kandungan kotak ilmu, oleh karena itu sosiolog menawarkan metode dan proses sosial agar kiranya lepas dari pemikiran spekulatif saja. Sejalan dengan itu, pada pembahasan akan diterangkan tentang metode dan proses penelitian A) Metode Pada dasarnya metode, secara umum dibedakan menjadi lima golongan yaitu : 1. Penelitian survai 2. Eksperimen 3. Grouded research 4. Kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif 5. Analisis data kuesioner Semua metode tersebut mewakili beragam penelitian yang ada, sebab kesesuaian cara yang diambil dalam penelitian berjalan lurus dengan pengaruh ilmu, seperti conton pada metode eksperimen lebih cocok digunakan dalam basic ilmu eksak (hitungan nyata) berupa hasil kausal, misalnya “ pada derajat tertentu, air akan mengalami proses pembekuan”, maka pada metode janis ini lebih mudah dilakukan di laboraturium dari pada di lapangan bebas. Sedangkan dalam metode survai hal tersebut tidak berlaku, seorang peneliti haruslah mengambil sempel dari populasi, untuk kesimpulan dari sekumpulan sifat manusia Multi Dimensi ( banyak faktor yang mempengaruhi). Pernyataan diatas adalah gambaran abstrak kelima metode penelitian, yang bisa dibe-bedakan cara serta kegunaanya, adapun penjelasan secara detail adalah sebagai berikut ; 1) Penelitian Survai Penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sempel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat data yang pokok, barang tentu unit analisa yang dilakoni dengan mencari sempel yang mewakili dari sekumpulan populasi. 1 Misalnya permasalahan masalah sosial dan anspirasi masarakat dalam pemilihan gubernur di Provinsi Lampung, hal yang menjadi titik pacu kosentrasi peneliti adalah individu yang ada dalam masyarkat lampung, bukan seluruh masarakat Lampung. Penelitian survai digunakan dengan beberapa tujuan, di antaranya adalah sebagai berikut ;  Penjajangan (eksploratif), dalam tahap mencari-cari masalah yang akan diteliti lebih lanjut, maka pada proses ini sifat penelitin masih terbuka  Dekskritif, merupakan pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu, misalnya saja tentang perceraian, keadaan gizi, yang dilakukan dengan pengembangan konsep dan menghidupkan fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa.  Penjelasan (explanatory atau confirmatory), yakni untuk menjelasakan hubungan kausal dan pengujian hipotesa  Evaluasi, dari tindakan penelitian survai yang terprogram, dari dua jenis evaluasi yang ada yaitu evaluasi formatif (mencari umpan balik dari penelitian yang ada) dan evaluasi summatif ( dilakukan pada ahir program tentang tujuan penelitian).  Prediksi atau meramalkan kejadian tertentu dimasa yang akan datang  Penelitian oprasional, memusatkan penelitian pada variable-variable yang berkaitan dengan aspek oprasional suatu program, setelah diketahui hambatan-hambatan, penelitian ini dimaksud untuk meminimalisirnya.  Pengembangan indikator-indikator sosial, yang bisa dilakukan dengan adanya survai-survai berkala sebelumnya, seperti dalam contoh penelitian Biro Pusat Statistik (BPS). 2) Penelitian Eksperimen Penelitian ini sangat sesuai bila diterapkan dalam hipotesis yang berlandaskan pada pengujian kausal antar variable-variable penelitian, oleh sebab itu kerap kali dalam proses penelitian ini diperlukan kelompok pembanding (control Group), hal ini untuk mengurangi ancaman dalam hasil penelitian yang tidak terkontrol. Dicontohkan saja dalam penelitian film ternsmigrasi, yang terdiri dari dua kelompok desa tujuan, dalam hal ini kelompok eksperimen mewawancarai keduanya dengan (pre-test) secara langsung, lalu mempertontonkan film setimulus, maka barang tentu hasil keduanya menjadi perbandingan adakah pengaruh perubahan sikap bertransmigrasi akibat stimulus eksperimen. Dari sejumlah hasil penelitian terkait eksperimen tersebut, disusunalah suatu kesimpulan, tentang transmigrasi. 3) Grounded Research Grounded Research merupakan penelitian sosial yang cenderung menggunakan pendekatan kualitatif, tentu model seperti ini jauh dari pengembangan tokoh sosiolog kuantitatif seperti emile durheim, cooley, veblen, dan lain sebagainya. 2 Grounded Research menggunakan data terbaru yang dijadikan teori di lapangan, demi meminimalisir kesalahan dilapangan. Sumber teori seperti ini berangkat dari penyajian data kuantitatif yang cenderung bertolak pada hipotesa dan teori yang sudah mapan, yang sering kali peneliti utama tidak pernah tinggal di daerah penelitian, maka metode grounded research dengan pendekatatan situasi sosial, dengan memaksa peneliti berkecimpung penuh dalam penelitian awal hingga ahir sangat bisa lebih akurat. 4) Kombinasi Pendekatan Kuatitatif Dan Kualitatif Metode seperti ini adalah campuran penyajian data, baik secara kuantitatif mauapun kualitatif, seperti penjelasan sebelumnya model kuantitatif cenderung menggunakan data kuesioner dangan survai, sedangkan kualitatif memberatkan pada pengamatan. Tentu dalam penggabungan kedua unsur diatas, bisa dilakukan dengan cara memberi kuesioner kepada responden serta mencatatan dalam bentuk slip untuk memperkuat data diluar pertanyaan kuesioner. Penambilan data kuantitatif dan kualitatif terasa lebuh apik, dan singkron bagi keduanya demi memunculkan nuansa hidup dalam laporan penelitian. 5) Analisa data skunder Analisa data skunder adalah bentuk penjelasan secara berkala dari data yang sudah tersedia, hal ini untuk terus melakukan pembenahan dalam laporan. Jenis motene ini cenderung lebih mudah dibandingakn yang lain, sebab dalam cara seperti ini peneliti tak usah bersusah payah melakukan penelitian yang memakan waktu dan biaya banyak, karna data sudah terkumpul. B) Proses Penelitian Dalam rangka membahas proses penelitian, tak semudah mengembalikan telapak tangan, apalagi peneliti baru atau peneliti awal dibutuhkan kepekaan dan minat serta didukung dengan oleh akal sehat (camon sense), demi menampilkan hasil yang baik. Susunan kaidah ilmiah, pada tahap yang sistematis lagi-lagi harus menjadi perhatian khusus oleh seorang peneliti, tindalkan seperti ini untuk hasil kesempurnaan yang tiada hentinya, adapun langkah-langkah yang laazim dilakukan adalah sebagai berikut ;  Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survai  Menentukan konsep dan hipotesa serta menggali kepustakaan, misalnya pada penelitian oprasional  Pengambilan sempel  Pembuatan koesioner  Pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara  Pengolahan data  Analisa pelaporan Setep-step langkah tangga diatas harus dilalui secara sistematis, demi menciptakanb karya yang luar biasa dari yang biasa.

Saat Belajar Kesalahan

*** Di tengah keraguaan tentang kelulusaan sarjana, yang mencuat takala media menyebar pemberitaan, tak tau siapa yang benar dan salah, hal ini nampak seperti koin yang mempunyai sisi berlainan dan saling menutupi, mempublikasi kelulusan Fajrian (alumni FISIP 2011) yang dikabarkan telah manjadi Pegawai Negri Sipil (PNS) di DKI Jakarta, Pada ahirnya banyak pihak yang menimbulkan pertanyaan, pasalnya dia adalah angkatan 2002 dan lulus 2011, maka setidaknya hal ini yang ahirnya menjadi potret pembelajaran UNILA. Apalagi status Universitas Negri satu-satunya di Propinsi Lampung, layaknya UNILA mengemban amanah begitu berat, selain sebagai tauladan juga di tuntut sebagai cerminan pendidikan regional (wilayah) dan nasional, namun yang menjadi masalah jikalau output unila masih dipertanyakan media, lantas bagaimana dengan peran pendidikan yang dibanggakan. Mungkin hal ini yang menggugah hati mereka yang mengatas namakan Aliensi Peduli Universitas Lampung yang terdiri atas gabungan oraganisasi mahasiswa baik di tingkat universita dan fakultas, melakukan demontrasi damai di depan gedung rektorat pada Senin (20/05/2013) , dengan tuntutan global kesarjananan Fajrian yang tak prosedural. Dalam hal ini kita tak bisa menilai mana yang benar dan salah, namun sebagaimana wacana yang selalu dicari adalah penyelesaian, bukanlah kita selama ini banyak membicarakan kesalahan yang tak juntrung menuai titik terang, agaknya ada hal yang terlupakan yaitu relevansi (keterkaitan) antara mahasiwa dan para fasilitator kampus yang mempunyai peran penting dalam kelangsungan pendidikan. Cerminan mahasiswa sendiri sekarang tergambar dari ungkapan Mahfud MD (Mantaan Mahkama Kontitusi) tentang lulusan universitas bukan berarti aset, tetapi menjadi beban negara (Kompas, 2012), kata itu beliau lontarkan ketika Dies Natalis di UNHAS (Universitas Hasanudin) Propinsi Makasar, maka dapatlah disimpulkan kenyataan yang ada serta investigasi yang terjadi, mahaiswa saat ini sebagai agent of change belum sesuai kiteria. Realitasnya memang demikian, Mahasiswa (Khususnya UNILA), Saat ini bukan lagi mementingkan kualitas tapi lebih mementingkan nilai formalitas (Indeks Prestasi ataupun Indeks Prestasi Komulatif) , Yang bisa saja di dapat dari menyontek penanaman nilai ketidak jujuran atau pengaruh nepotismne yang membudidaya, hasilnya tentu tak semaksiamal yang diharapakan, sebut saja koruptor yang awalanya tercipta dari para akademisi yang mempunyai peran perubahan, dengan ketidak jujuran ahirnya merugikan rakyat sebagai penguasa, belum lagi masalah nepotisme dalam sistim pendidkan akan membuat orang teralienasi (terasingkan) takala menempati bidang yang bukan menjadi keinginanya (tori Karl Mark dlm M.Sihaan, Hotman 1986) Kedua adalah fasilitator kampus yang berfungsi menjebatani semua hak dan kewajiban secara seimbang, mencuatnya masalah kesarjanaan setidaknya menjadi pengoreksian bagi para fasilitator agar lebih meningkatkan ketajaman serta keseriusan dalam menagani segala kewajiban. Jika hak dan kewajiban tidak dibarengi secara seimbang otomatis konflik internal takan bisa di selesaikan, Pembangunan di berbagai gedung fakultas berserakan, aturaan rambu jalan yang banyak dilanggar, serta kebersihan birokrasi yang masih dipertanyakan adalah contoh kongrit yang saat ini terlihat. Maka seharusnya sudah saatnya UNILA belajar dari berbagai kesalahan, secara de facto (kenyataan), sehingga nantinya manfaat out put mahasiswa bisa dirasakan masyarakat lampung yang dirasa tinggi mengalami berbagai berbagai macam konflik. Apalagi 48 tahun lamanya, usia yang tak lagi muda, seharusnya UNILA memang memunculkan eksitensinya sebagai perguruan tinggi yang bisa menjadi acuan bagi masyrakat luas, maka salah satu PR terbesar UNILA bagi semua elemant adalah terciptanya pendidikan berkualitas. Ahirnya setelah perbaikan internal diutamakan sebelum memperbaikai secara external, nantinya terwujud pendidikan berkwalitas, semuga !

episode 3 Pelajar Sial

Pelajar Sial
Meniti kehidupan, setiap orang perlu namanya pendidikan, dan menurut psikolog sendiri awal kita mempelajari itu semua dari keluarga, maka wajar saja “karakter” biasanya lebih condong pada kebiasaan keluarga yang di tanamkan. Istilah ungkapan
“buah tak akan jauh dari pohonya”
Coba saja anda bayangkan,
“anak pejabat lambat laun jadi pejabat”
“anak petani, lambat laun tetep jadi petani”
“anak konteraktor, anak koruptor, hingga anak profesor, lambat laun juga akan seperti itu
Hidup ini seperti di sekenario, atau ada unsur nepotisme yang membudidaya, hehe
Seperti juga kisah hidup, yang akan ku tulis, tentang perjalanan pendidikan, Dalam catatan keluarga kami termasuk dalam kategori menjalankan KB tapi bukan Keluarga Berencana, melainkan Keluarga Besar, alias banyak anak, mungkin ada pengaruh keyakinan
“banyak anak banyak rizki”
Bermakna setiap anak sudah menyediakan rizki tersendiri, Secara berangsur-angsur dan turu temurun keyakinan itu ada, dan sudah tersugesti demikian ungkapan itu, ahirnya terwujud, tentunya dengan rasa syukur.
Proses belajar yang ku jalani termasuk sial, Pasalnya di atas rata-rata, awalnya menempuh pendidikan TK (taman kanak-kanak), harus ku alami selama tiga tahun, hingga menjadi julukan Taman Kawak-Kawak, banyak cerita di massa ini seperti hinananm, caci maki, namun ibuku selalu mencari amibi agar aku tak kecewa dengan julukan “Anak bawang”
“anaku ini sebenarnya gak goblok, tapi masih kecil aja jadi belum boleh naik kelas” ungkap beliau pada rekan-rekan sesama ibu-ibu
Detak jam menjadi saksi bisu yang tak bicara, pendidkan TK yang melebihi batas membuatku bukan tergolong anak pintar, sialnya saat-saat itu kembali ku alami di waktu SD yang lulus selama tujuh tahun, tepatnya saat kelas satu harus tingal kelas, bahasa julukannya  tunggak ireng.
“sial-saal kataku dalam hati”
Jatuh bangun hidup ini, seperti putaran roda ada massa bahagia juga ada massa sengsara, tapi mengapa sampai lulus SD yang gua alami banyak massa sengsara.
Setelah beberapa hari membuat galau, penelitianpun dilakukan, ternyata observasi survai pada batin, yang saya lakukaan menemukan jawaban bahwa “Rasa Itu Ada Ketika Hidup Ini Tak Di Sukuri”
 Maka syukuri, segala yang ada..........

diary 4 “Nasib Idul Fitri”

 

Idul fitri berasal dari kata idul yang artinya kembali dan fitri (fitroh) dalam bahasa arab suci, maka secara keseluruhan idul fitri berarti kembali suci.
Setiab tahun dan setiap momen kemenangan, perasaan yang sama selalu gua alami dimana, sama-sama gak punya cewek, sama-sama gak dikasih duit dan yang terpenting sama-sama melakukan rutinitas sebagai PENDEKAR (penderes karet).
Sejenak ku manatap langit, ada sedikit perubahan frontal dari tahun ketahun tentan uang saku yang semakin kecil, mungkin disebabkan hadirku masih dianggap komsumsi.
Tempo dulu, setiap berkunjung dirumah kakek, paman, budi sampai oom
“ini buat beli es ?” kata itu selalu keluar sembari beliau memasukan tanganya kedalam kantong memberi uang 10 samapi 20 ribu.
Katanya ungkapan
“wah-wah-wah senengnya seperti lebaran bersamaan agustusan”
Tapi itu agaknya massa lalu, kini semua berubah seiring dengan massa apalagi otak ini sekarang sudah riskan rasanya menerima pelayaanan seperti tempo dulu.
Banyak remaja di sekitarku berkeliaran, bagi mereka ini ajang mencari perhatian pacar, tapi saya katakan “tidak” bagiku
“ini ajang taruahan mana laku dan tidak laku !” hati ini berkilah dari pembenaran
Satatus “jomblo” yang terpampang semuga memberikan banyak hikmah, salah satunya ngrit masalah biyaya pacaran, apalagi kali ini hadir keuanganku sama dari tahun kemaren
“sama-sama gak punya duit”
Namaun bagai manapun harus merasa bersyukur masih bertemu bulan suci, meskipun nyatanya tahun ini sama segalanya semuga tahun esok tuhan memberikan secercah cahaya kebagiaan,  dengan ini saya proklamirkan keuangan tak menjadi masalah, dan status jomblo bukan masalah. Yang terpenting tahun esok masih bertemu bulan suci “aku ridu padamu romadhon” semuga !!!!.........
STAR AND GIVE UP !!

Sepotong episode 2 Secercah Kisah

“jomblo” kata itu nampaknya memiliki cerita sendiri dalam hidupku, sebab bagaimanapun status itu tersandang sampai umur 19 tahun, entah sudah berapa banyak yang mengatakan tak gaul, atau yang mengatakan tak normal, tapi yang paling nyesek sampai di hati, mengatakan tak laku.
Sebanarnya itu sudah sepantasnya ku terima, tapi ketika semua kata itu terdengar setidaknya up date status pada tuhan, memohon setidaknya memberikan kebahagiaan disisa luka yang ada.
Usia diatas dua windu membuat nama ini tercatat salah satu Mahasiswa di Bandar Lampung, masih sangat terasa saat liburan semester berahir, seperti hari-hari biasa  kendaraan motor Supra x keluaran 2009 “JADUL” kata orang  (jaman Dulue)  kembali lagi hampa tanpa beban (sendirian)
Namun cerita beda, saat esok pagi mau berangak, siang ini henphone berdering  SMS
“mud pulang kpn ?”
Nomer itu terditeksi atas nama Ismiyanti Nurjanah, salah satu teman saat masih sama-sama di MAN 1 Metro.
“pulang bsk mie” balas smsku singkat
Tak lama ahirnya mendapat balasan
“kok sama bsk aku juga pulang”
Dengan iseng-iseng kujawab
“kalok gitu bareng aja,ehehehe”
“Mank mau nganterin sampai metro” tulis smsnya berlanjut.
Jaim juga rasanya mau ngomong gak mau, ahirnya jiwa lakiku keluar juga
“bener kok, besok ku tunggu jam 09:00”
*
Terputus janjian, lumayan siang ajaku berangakat soalnya selain harus bantu orang tua,  baju-baju yang kupakai belum sempet tersetrika.
Hingga datang ke esok pagi, sekitar pukul 06:00 rutinitas pendidikan D3 (Dino-Dino Deres), bersama ibu dan ayah selalu menjadi cerita liburan.
“sido mangkat mengko 1 ?” kata ibuku sembari terus bekerja
“sido jam songgo 2” jawabku lugas berbahasa jawa
“dewean meneh3 ?” kata ibuku meneruskan
“gak, bareng ismi ?”
“ismi konco MAN biyen4 ?”terlihat kaget juga ibu, meliahat  pulang sama ismi, mungkin beliau mengira aku dan ismi ada hubungan layaknya anak muda, fulgarnya Pacaran.
“alah bene, lek enek opo-opo neng dalan enenk seng ndorong” sandungku sambil cengengesan
Ahirnya ibu tertawa mendengar celotehan guyonan.
1. “Nanti Jadi berangkat ?” (bahasa indonesia)
2. “Jadi, nanti jam sembilan” (bahasa indonesia)
3. “sendirian lagi ?”(bahasa indonesia)
4. “ismi teman MAN/SMA waktu dulu”(bahasa indonesia)
*
Jam 09:15 menit laju montor menjemput ismi dirumahnya, ia sudah siap dengan berbagai perlengkapan tas, aksesoris dan lain sebagainya, gemetar juga rasanya hatiku dari tadi, sampai-sampai berjalan sekitar lebih dari satu jam baru aku berani  menyapa dan ngobrol di atas montor.
Namun perjalan-perjalan indah itu, tak semanis yang kuharapkan, bayangkan saja untuk menempuh Tulang Bawang-Metro memerlukan waktu 7-8 jam, cukuplah membuat sendi-sendi kaki terasa copot.
Perjalanan nampak lama tak luput dari guyonan dan sifat angkuh pada ibu, yang mencoba bercanda  menjadi doa, Ismi ahirnya kesampean mendorong motor, ditengah kebun tebu daerah Induk Lampung, motor tiba-tiba mati total, tak mau sama sekali hidup, ahirnya membuat kami terpaksa menuntun montor dengan cara tak sewajarnya.
Setelah ketemu pedesaan sekitar 4 KM ahirnya ada bengkel dan diperbaiki, namun penderitaan kami tak lekas sembuh, pasalnya lagi-lagi montor kami bocor di daerah Sukadana (lampung Timur).
Ceritapun berulang dengan kembalinya  harus turun sekaligus mendorongnya, rasanya cukup lelah sekali,  perjalan itu
Yang membuat teringat adalah kata elakan pada ibu
“nanti kalau ada yang rusak, kan ada yang ndorong” senyum artiku
*
“Perasaan sial banget hari ini” ditengah perjaalanan terdengar mulut ismi berguming
“bukan sial tapi belum beruntung” Hiburku
Obrolan kamipun terasa lebih akrab, sampai-sampai aku lupa bensin motor dari tadi belum terisi.
Anehnya bensinpun habis, tapi cukup beruntung  kali ini tepat di warung yang menyediakan eceran bensin (terdoktrin dengan ungkapan  jawa yang selalu untung dalam kondisi apapun) ahirnya kamipun mengisinya.
*
Secercah episode ini begitu berarti dalam ingatan, kisah ini banyak memberi pelajaran pada saya tentang arti kata bercanda, lebih-lebih pada orangtua.
Dan itulah perjalanan terahir kami, sejak saat itu dari hari-kehari kami putus hubungan, belum lamapun sejak cerita ini kutulis di dalam FB (facebook)  ismi yang iseng-iseng terbuka, sudah tercantum nama seseoraang, arti dari statuss berpacaran.
Rasah ada yang hilang, tapi bagaimanapun setiap orang selalu memilih yang terbaik dalam hidupnya, bila sudah tentu ismi yakin memilih dia red** yang terbaik dari hidupnya.
Tragis kisah, apalagi rasa hati masih berkata, ada apa gerangan ia tak menghubungiku lagi, apa karna peristiwa itu, atau mungkin karna faktor lain, tapi bagaimanapun pasti sampai saat ini statusku masih diambang pintu duka “Jomblo”.
Bukan meratapi nasib,hanya berfikir saja objektif bahwa tuhan memberikan rencana yang terbaik, Amin

Episede 1 Diary Cinta


Dalam cinta mungkin kepastian sangat dibutuhkan, tanpa ada ikatan terkadang membuat seserang tak bisa menyimpulkan.
Apalagi diary cinta dalam secercah hidup, dalam kurun waktu sepertiga dari umur nabi, belum pernah mempunyai pacar, sungguh mengenaskan, banyak yang terlontar mulut mereka mengatakan.
“sungguh tersiksa, hidup tanpa cinta”
Dan yang paling membuatku tak bisa tidur kata salah seorang temanku
“maaf, aku gak bisa nemenin kamu jomblo selama ini” dengan terbahak-bahak mulutnya mengunakan kiasan.
Akupun hanya diam saja, sabab bagiku memang untuk pengelakan yang satu ini susah, mau ngaku punya pacar malu, alasanya pasti mereka langsung respek
“mana nomer telphonya ?”
“mana photonya ?”
 “mana rumahnya?”
Dan lain-lain, yang membuatku semakin sial tak terkira.
Sebenarnya, bukan hati ini tak punya cinta, atau tak maulah persamaan pacaran, permasalahanya si do’i tak pernah tau apa yang ku rasa, dan si do’i pun anehnya tak mau tau, sungguh tragis.
Dari sejak menginjak Sekolah Dasar, aku pernah jatuh cinta namanya Intan orangnya manis, cantik dan satu lagi kalem sehingga membuatnya nampak sempurna.
cinta pertama itu kandas, bukan karna ditolak atau di diacuhkan, pasalnya untuk ngungkapin saja hati ini tak bisa, meskipun canat-cenut tak menentu tetep aja ku tahan, agaknya kali ini aku gak pede, dia sendiri ku anggap wanita paling cantik di kelas, saingannya bukan hanya satu kelas, bahkan kakak kelas SMP ikut naksir dirinya. Dari anak kontraktor sampai anak koruptor ikut-ikutan menjadi batu sandungan.
Pernah sih, dulu ada respon waktu ia memberiku senyum saat sama-sama nyontek PR milik temanku Dicki, salah satu anak guru, yang lumayan top otaknya.
“nyontek !” katanya padaku
“ia,sama dong ?” balasku
“bedalah ?”
kaget juga dengernya
“kok bisa ?”tanyaku sedikit terhentak
“beda, aku gak pernah tinggal kelas, sedangkan kamu pernah gak naik kelas” jawabnya culas
Bagai mendengar guntur telinga dibuatnya, apalagi saat ku lirik mukanya yang kusam
*
  Lulus SD, membuatku galau dengan jenjang seterusnya, apalagi ayahku memaksa agar aku mau meneruskan di Mts lembaga yang berbasis agama, agar kiranya aku dapat menjadi orang yang baik, tapi permasalahanya maksud beliau tak tersalurkan secara baik
“Kalo. Mau nerusin di Mts jangan di SMP ?” tegas beliau sembari bola matanya melotot
“pengenya di SMP Pak.” Belaku, dengan mengumpulkan amunisi keberanian
“kalok di SMP mending gak usah sekolah !” jawab ayah mengeras
Bagai terhanyut glombang stunami rasanya, mendengar kemauan keras ayah, apalagi belum sempat terlontar kata elakan selanjutnya, tangan ini di tarik keluar
“Bodoh, sekolah Mts aja dari pada gak sekolah” bisik kakak kandungku setelahnya
“tapi pengnya di SMP !” balasku seraya ingin kemali memohon pada ayah
“dari pada bernasib sama” jawaban kakaku simpel
Ku lirik mataku menelusuri seluruh bagian tubuh kaka yang aneh ini, jadi teringat kisahnya yang ingin sekolah di SMA  namun ayah hanya mengizinkan di MA (berbasis agama), dan ahirnya kini ia benar-benar tidak sekolah, malahan menjadi PENDEKAR (penderes karet) ulung di desa.
Ciut juga nyali bernasib sama, ahirnya dengan setengah hati ku terima tawaran sekolah di Mts.
Hari-hari ku lewati seperti biasa, ada siang ada malam, ada menatari juga ada bulan tapi kebiasaan itu membuatku lagi-lagi jatuh cinta, tapi kali ini pada orang yang kulihat sama-sama ada cinta.
Aseklah, mungkin harapku memecah telor jomlo sejak kecil akan terwujud, namun perjalanan cinta itu terkadang tak mulus, melainkan seperti jalan sekarang, yang masih ada batu di tegah trotoar yang menghalagi langkah kaki.
Musibah itu hadir saat di kelas ada seorang siswa pindahan, dan duduk di samping kananku
Dengan cipika-cipiki seremonial percakapan, mulutnya tiba-tiba sesaat itu terlontar
“yang duduk di depan itu siapa?” tanyanya lugu
“mana ?” jawabku memastikan orang yang dimaksud
“itu, yang pakek krudung putih?”
“waow, busyitlah namanya Mts pakeke krudung semua sob” terangku padanya
“maksunya yang di krudung ada bunga-bunga kecil” sesaat setelah mengedipkan matanya.
Hatiku langsung muncul di tengah permukaan meja, mendengar orang yang di maksud adalah dia, wanita yang juga yang kuinginkan.
“hoe siapa ?” tanyanya melihatku bengong
‘Ismi, tapi jangan naksir ya ?” hatiku mengisyartkan ancaman
“kenapa, pacar loe ?” terhentak ia mendengar
“bukan” jawabku reflek
“terus ?”
“ya, dia itu banyak yang naksir dari pada nanti patah hati” kataku mencoba menakuti keinginanya
“waow....!!!”
“justru banyak yang naksir itu, dianamakan cantik mam” terusnya mebuatku tercengang.
Berselang beberapa lama, kuliahat hubungan Ismi dan temanku semaikin membaik dan kabar terahir yang ku kenal saat itu mereka menjalin hubungan.
Hingga membuat pudar rasaku, hanya terselib cerita yang tiada arti
*
Karir cerita cintaku tak berhenti sampai disitu, waktu masuk sekoalah SMA hidupku kebali lagi terwarna cinta.
Kali ini lumayan membahagiakan awalnya, bahkan sempat membuatku terasa menjadi laki-laki yang sempurna, masih bernuansa cinta.
Kelas XI , mulai hidup baru, saat aku  menadapat pesan sms yang intinya ada seseorang (teman kelasku) secara terang-taragan mengataka suka.
Mereh merona kebahagiaan langsung tergambar dari senyumku saat membca pesanya
“Q ju2r meskipn ksnya tak span, bhwa q syang ama U”
Pesan itu membuka kertas “jomblo” yang ku rasakan, tak mengira bahwa keadaan dan tingkahku yang selama ini ternyata ada yang meneruh hati.
Ku sambat, henphon secepat kilat
“mksudmu gmn Q gak Ngerti?” kepura-puraanku
Selang beberapa lama ku terima balasan darinya
“CINTA AMA KAMU” tulisnya dengan huruf kapital
Bintang ini kembali bersinar, saat kepastian jomblo akan pudar, tapi sesaat ku bayangkan wajahnya, membuatku tak selera, apalagi tingkahnya gak seperti yang kuharapkan, anaknya centil dan yang mengesalkan lagi sifatnya crewet.
“pasti bikin ribet” kesanku sesaat setelah itu.
Waktu berselang beberapa hari tanpa kepastian, padahal ibarat semudah mengembalikan tangan untuk membuat status baru, Tapi anehnya perasaan bimbang dan was-was terus menghantui dan menghapiriku, apalagi antara dua pilihan ; “jadi jomblo hinanan, atau punya pacar tapi mengesalkan”.
Ahir semester peretama jawaban itu tak pernah ku utarakan, malah perlahan ingatan tentangnya hilang, apalagi ku lihat semakin hari ia semakin menjauh, entah karna bosan atau karna geram.
*
Semenjak itu rasanya sulit jatuh cinta, fokus otak hanya belajar, yang ahirnya kubuktikan sejak kelas XI-XII masa SMA mebawaku menduduki juara pertama dikelas dan juara umum ke-2 di sekolah.

Proses Penelitian Survai


Proses Penelitian Survai



Proses Penelitian Survai
Proses penenlitian sosial mempunyai tujuan menerangkan suatu fenomena sosial, atau suatu peristiwa (event) sosial, oleh karna itu dalam instrumen peneliti sendiri diharapkan mempunyai dua syarat penting yaitu ;
1.    Logika atau rasionalitas
2.    Observasi atas fakta-fakta sosial
Kedua hal diatas adalah yang paling frontal dalam penelitian, sebab pemahaman ilmiah atas realitas dan sosial harus logis, diterima oleh akal sehat dan sesuai dengan yang terjadi dalam realitasnya.
Sering kali karna hal itu ilmu penegetahuan, termasuk ilmu sosial (logika-empiris), artinya teori sosial digunakan sebagai sebagai unsur logika, dan penelitian berguna sebagai hal yang paling empiris.
Maka seyogyanya dari kedua unsur diatas ditarik kesimpulan bahwa, teori sosial dan penelitian sosial terjadi perbedaan, meskipun selalu berjalan bersama, perbedaan-perbedaan tersebut terletak pada segi manfaatnya, dimana teori penelitian berfungsi sebagai pemikiran awal berupa spekulatif, sedangkan penelitian berguna sebagai pembuktian, yang aganya bisa menjadi bantahan serta penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya.
            Banyak studi yang dicontohkan untuk dapat menganalisa, misalkan saja teori Gold Scheider dan uhlenberg tentang pernyataan “ golongan minoritas mempertahan kaneksentesinya adalah dengan memperbanyak jumlah mereka melalaui tingkat kelahiran yang tinggi”, bertitik tolak  pada ini peneliti Indonesia jelas memunculkan hipotesis bahwa “golongan Tiong hoa di Indonesia akan memperbanyak keturunan”.
Pada kenyataanya hal ini tidak sesuai saat proses penelitian, sebab hasil empirisnya menyatakan bahwa kelompok Tiong Hoa fartilitas kelahiran selalu lebih rendah dibandingkan dengan kelompok ataupun suku lain.
Oleh karena itu penyesuaian model yang ada di dalam penelitian sosial dan teori sosial, tidaklah menyangkup satu saja, melainkan dalam pembuktian empirisnya dikenal beberapa metode guna menemukan hasil yang dianggap pas dan benar (seusi dengan lapangan yang ada), diantaranya adalah sebagai berikut ;
A.  Model Penelitian Statis
Model penelitian statis menggambarkan proses penelitian, yang menyangkup beberapa step (Teoritis, Oprasionalisasi, dan pengujian Hipotesis), guna menentukan hasil yang empiris.
Tahap “Teoris”, penelitian ini mewajibkan seorang harus mengklarifikasi variasi niat dan praktek penerimaan dari berbagai teori tentang adanya suatu maslah sosial, yang mukin bisa dipengaruhi oleh faktor sejarah, dan faktor lingkungan.
Hingga memunculkan sebuah cara matematis (dikemukanan Fisbin), niat seseorang untuk berprilaku (N), dipengaruhi oleh persepsiya tentang manfaat prilku tersebut (PM), serta persepsinya tentang kelompok panutanya (PS).
Tahap “Oprasionalisasi” yaitu tahap penerjemahan teori-teori yang masih umum tadi menjadi variable, indikator dan defenisi dan defenisi oprasional. Spekulasinya menimpulkan adanya hipotese pertanyaan yang masih perlu di jelaskan kembali.
Tahap “pengujian hipotesa”, tahap pengujian hipotesa adalah tahap terahir yang berguna sebagai, penyusunan instrumen penelitian yang berguna mengumpulkan data dari kedua tahab sebelumnya, penentuan penelitian dan sempel penelitian, penentuan teknik penggumpulan data, serta penentuan teknik analisa dengan kuantitatif atau kualitatif.
Misalkan saja dalam penelitian “imunisasi penyakit campak pada bayi”, dimana teori-teori menjelaskan bahwa semakin sering seorang anak melakukan imunisasi maka sudah sepantasnya seorang nak bisa terbebas dari penyakit campak, proses ini selanjutnya di detailkan dengan tahap oprasionalitas, dimana variable keselamatan bayi ditentukan orang tua, yang bisa dipengaruhi tingakat pendidikan, dari spekulasi oprassional tersebut memunculkan hipotesis “ bahwa semakin terhindar seorang bayi dari penyakit campak, semakin sering orang tua memberi imunisasi”, hingga tiba pada tahap tershir yakni pengujian hipotesis, yang menghasilkan data empiris.
Data dari Metode Penelitian Statis tersebut memiliki beberapa kelemahan, yaitu ;
Ø  Dalam kenyataanya proses penelitian tak semulus yang di gambarkan
Ø  Proses penelitian tak semekanis yang digambarkan
Hingga dapat dikatakan metode lebih conding terpaku pada teoritis.
B. Model Penelitian Dinamis
            Model ini dinamakan Babbie sebagai model “dua Logika”, yang menjasis paling sesuai menggambarkan proses penelitian dan realitas, Hal demikian dikeranakan proses ini menjelaskan dua cara dedkasi sebagai teori, dan induksi menjadi generalisasi empiris.
            Cara bolak balik tersebetut, digambarakan wellece, bermula dari teori yang menhasilakn hipotesa, dan hipotesa menunjukan bagimana cara melakukan observasi, dan observasi menghasikan generalisasi dan generalisasi kan menimbulkan sanggahan atau dukungan pada teori.
Diagramnya metode penelitian dinamis adalah sebagai berikut

                                    Teori
Generalisasi                                                   Hipotesa
Empiris

                                    Observasi
Sumber : E.R. Babbie, the practice of research. 4th Edition. Belmont, Widswoarth, 1986 (singabrium, effendi, 2012)
            Sudah berang tentu pada seluruh element proses ini, penelitian bernalar pada observasi, jadi, unsur logikadan unsur pembuktian empiris dalam penenlitian mempunyai fungsi yang sama pentingnya.
C. Preoses Penelitian Survai
Salah satu metode penelitian yang amat luas penggunanya adalah metode penelitian survai, yang mempunyai ciri mengumpulkan data dari respondeng berjumlah banyak menggunakan kuesioner, maka keuntunganya adalah memunculkan kemungkinan pembuaatan generalisasi untuk populasi besar.
Menurut wellece, proses penelitian survai berguna mentransformasikan lima komponen informasi ilmian, yaitu ;
1.    Teori
2.    Hipotesa
3.    Observasi
4.    Generalikasi empiris
5.    Penerimaan atau penolakan hipotesa.
Kelimanya dikontrol dalam metodologis yang sama yaitu
1.    Deduksi logika
2.    Interprestasi, penyusunan instrumen, penyusunan sekala, dan penentuan sempel
3.    Pengukuran penyederhanaan, dan perkiraan paramenter
4.    Pengujian hipotesa, serta infrementasi logika
5.    Foemulasi konsep, formulasi populasi dan penataan proposisi
Hingga pada penjabaran motode ini selalu diawali dengan adanya minat peneliti untuk menjabarkanya fenomena sosial tertentu, minat itu kemudian ditindak lanjuti menjadi masalah penelitian yang lebih jelas dan sistematis dengan menggunakan informasi ilmiah yang sudah tersedia dalam litelatur ( teori).
Teori ini kemudian dekembangkan dalam model deduksi memunculkan adanya hipotesa yaitu informasi yang lebih spesifik dan lebih sesuai dengan tujuan penelitian.
Langkah selanjutnya hipotesa memberikan variable penelitian serta hubunganya, adapun guna menentukan variable yang cocok peneliti mengunalakn metodologis tertentu untuk mengambil sepel dari banyaknya poipulasi yang ada.
Dalam penelitian survai sendiri, populasi berguna menemukan jumlah yang relavan dalam buat penelitinya, informasi itu disebut data atau observasi, pengelolahan observasi (data), dioleh dengan mengunakan model statistik (menyederhanakan data).
Adanya ketepatan dalam hasil ditentukan paramenter, yang terjadi karena adanya proses perbandingan antara informasi tentang sempel dan informasi populasi (pikiran paramenter).
Cara-cara tersebut sebenarnya dalam penelitian survai, berintikan keahlian dan kemampuan peneliti, guna menentukan hasil yang dianggap relevan denagn kenyataan yang sebenarnya.