Proses Penelitian Survai
Proses penenlitian sosial mempunyai tujuan menerangkan suatu
fenomena sosial, atau suatu peristiwa (event) sosial, oleh karna itu dalam
instrumen peneliti sendiri diharapkan mempunyai dua syarat penting yaitu ;
1.
Logika
atau rasionalitas
2.
Observasi
atas fakta-fakta sosial
Kedua hal diatas adalah yang paling frontal dalam penelitian, sebab
pemahaman ilmiah atas realitas dan sosial harus logis, diterima oleh akal sehat
dan sesuai dengan yang terjadi dalam realitasnya.
Sering kali karna hal itu ilmu penegetahuan, termasuk ilmu sosial
(logika-empiris), artinya teori sosial digunakan sebagai sebagai unsur logika,
dan penelitian berguna sebagai hal yang paling empiris.
Maka seyogyanya dari kedua unsur diatas ditarik kesimpulan bahwa,
teori sosial dan penelitian sosial terjadi perbedaan, meskipun selalu berjalan
bersama, perbedaan-perbedaan tersebut terletak pada segi manfaatnya, dimana
teori penelitian berfungsi sebagai pemikiran awal berupa spekulatif, sedangkan
penelitian berguna sebagai pembuktian, yang aganya bisa menjadi bantahan serta
penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya.
Banyak studi yang
dicontohkan untuk dapat menganalisa, misalkan saja teori Gold Scheider dan
uhlenberg tentang pernyataan “ golongan minoritas mempertahan
kaneksentesinya adalah dengan memperbanyak jumlah mereka melalaui tingkat
kelahiran yang tinggi”, bertitik tolak
pada ini peneliti Indonesia jelas memunculkan hipotesis bahwa “golongan
Tiong hoa di Indonesia akan memperbanyak keturunan”.
Pada kenyataanya hal ini tidak sesuai saat proses penelitian, sebab
hasil empirisnya menyatakan bahwa kelompok Tiong Hoa fartilitas kelahiran
selalu lebih rendah dibandingkan dengan kelompok ataupun suku lain.
Oleh karena itu penyesuaian model yang ada di dalam penelitian
sosial dan teori sosial, tidaklah menyangkup satu saja, melainkan dalam
pembuktian empirisnya dikenal beberapa metode guna menemukan hasil yang
dianggap pas dan benar (seusi dengan lapangan yang ada), diantaranya adalah
sebagai berikut ;
A.
Model
Penelitian Statis
Model penelitian statis menggambarkan proses penelitian, yang
menyangkup beberapa step (Teoritis, Oprasionalisasi, dan pengujian Hipotesis),
guna menentukan hasil yang empiris.
Tahap “Teoris”, penelitian ini mewajibkan seorang harus
mengklarifikasi variasi niat dan praktek penerimaan dari berbagai teori tentang
adanya suatu maslah sosial, yang mukin bisa dipengaruhi oleh faktor sejarah,
dan faktor lingkungan.
Hingga memunculkan sebuah cara matematis (dikemukanan Fisbin), niat
seseorang untuk berprilaku (N), dipengaruhi oleh persepsiya tentang manfaat
prilku tersebut (PM), serta persepsinya tentang kelompok panutanya (PS).
Tahap “Oprasionalisasi” yaitu tahap penerjemahan teori-teori
yang masih umum tadi menjadi variable, indikator dan defenisi dan defenisi
oprasional. Spekulasinya menimpulkan adanya hipotese pertanyaan yang masih
perlu di jelaskan kembali.
Tahap “pengujian hipotesa”, tahap pengujian hipotesa adalah tahap
terahir yang berguna sebagai, penyusunan instrumen penelitian yang berguna
mengumpulkan data dari kedua tahab sebelumnya, penentuan penelitian dan sempel
penelitian, penentuan teknik penggumpulan data, serta penentuan teknik analisa
dengan kuantitatif atau kualitatif.
Misalkan saja dalam penelitian “imunisasi penyakit campak pada
bayi”, dimana teori-teori menjelaskan bahwa semakin sering seorang anak
melakukan imunisasi maka sudah sepantasnya seorang nak bisa terbebas dari
penyakit campak, proses ini selanjutnya di detailkan dengan tahap oprasionalitas,
dimana variable keselamatan bayi ditentukan orang tua, yang bisa dipengaruhi
tingakat pendidikan, dari spekulasi oprassional tersebut memunculkan hipotesis
“ bahwa semakin terhindar seorang bayi dari penyakit campak, semakin sering
orang tua memberi imunisasi”, hingga tiba pada tahap tershir yakni pengujian
hipotesis, yang menghasilkan data empiris.
Data dari Metode Penelitian Statis tersebut memiliki beberapa
kelemahan, yaitu ;
Ø Dalam kenyataanya proses penelitian tak semulus yang di gambarkan
Ø Proses penelitian tak semekanis yang digambarkan
Hingga dapat dikatakan metode lebih conding terpaku pada teoritis.
B. Model Penelitian Dinamis
Model ini
dinamakan Babbie sebagai model “dua Logika”, yang menjasis paling sesuai
menggambarkan proses penelitian dan realitas, Hal demikian dikeranakan proses
ini menjelaskan dua cara dedkasi sebagai teori, dan induksi menjadi
generalisasi empiris.
Cara bolak balik
tersebetut, digambarakan wellece, bermula dari teori yang menhasilakn hipotesa,
dan hipotesa menunjukan bagimana cara melakukan observasi, dan observasi
menghasikan generalisasi dan generalisasi kan menimbulkan sanggahan atau
dukungan pada teori.
Diagramnya metode penelitian dinamis adalah sebagai berikut
Teori
Generalisasi Hipotesa
Empiris
Observasi
Sumber : E.R. Babbie, the practice of research. 4th Edition.
Belmont, Widswoarth, 1986 (singabrium, effendi, 2012)
Sudah berang tentu
pada seluruh element proses ini, penelitian bernalar pada observasi, jadi,
unsur logikadan unsur pembuktian empiris dalam penenlitian mempunyai fungsi
yang sama pentingnya.
C. Preoses Penelitian Survai
Salah satu metode penelitian yang amat luas penggunanya adalah
metode penelitian survai, yang mempunyai ciri mengumpulkan data dari respondeng
berjumlah banyak menggunakan kuesioner, maka keuntunganya adalah memunculkan
kemungkinan pembuaatan generalisasi untuk populasi besar.
Menurut wellece, proses penelitian survai berguna
mentransformasikan lima komponen informasi ilmian, yaitu ;
1.
Teori
2.
Hipotesa
3.
Observasi
4.
Generalikasi
empiris
5.
Penerimaan
atau penolakan hipotesa.
Kelimanya dikontrol dalam metodologis yang sama yaitu
1.
Deduksi
logika
2.
Interprestasi,
penyusunan instrumen, penyusunan sekala, dan penentuan sempel
3.
Pengukuran
penyederhanaan, dan perkiraan paramenter
4.
Pengujian
hipotesa, serta infrementasi logika
5.
Foemulasi
konsep, formulasi populasi dan penataan proposisi
Hingga pada penjabaran motode ini selalu diawali dengan adanya
minat peneliti untuk menjabarkanya fenomena sosial tertentu, minat itu kemudian
ditindak lanjuti menjadi masalah penelitian yang lebih jelas dan sistematis
dengan menggunakan informasi ilmiah yang sudah tersedia dalam litelatur (
teori).
Teori ini kemudian dekembangkan dalam model deduksi memunculkan
adanya hipotesa yaitu informasi yang lebih spesifik dan lebih sesuai dengan
tujuan penelitian.
Langkah selanjutnya hipotesa memberikan variable penelitian serta
hubunganya, adapun guna menentukan variable yang cocok peneliti mengunalakn
metodologis tertentu untuk mengambil sepel dari banyaknya poipulasi yang ada.
Dalam penelitian survai sendiri, populasi berguna menemukan jumlah
yang relavan dalam buat penelitinya, informasi itu disebut data atau observasi,
pengelolahan observasi (data), dioleh dengan mengunakan model statistik
(menyederhanakan data).
Adanya ketepatan dalam hasil ditentukan paramenter, yang terjadi
karena adanya proses perbandingan antara informasi tentang sempel dan informasi
populasi (pikiran paramenter).
Cara-cara tersebut sebenarnya dalam penelitian survai, berintikan
keahlian dan kemampuan peneliti, guna menentukan hasil yang dianggap relevan
denagn kenyataan yang sebenarnya.
0 komentar:
Posting Komentar