Sabtu, 19 Oktober 2013

Pertama Jualan Catatan Harian Legenda Perjalanan

“Uang bukan segalanya, tapi segalanya butuh uang”, sebuah syair cukup familiar di kalangan kampus seolah menjadi semboyan takala presentasi. Malum, mata kuliah pengantar ekonomi terkadang tak sesuai teori, penjelasan yang berbelit dan pengarahan ngeloyor buat kami jenuh hati, apalagi perhatian dosen lebih dominan pada langit-langit ruangan. “itu dosen liat mahasiswa apa liat cicak ?” suara Merta May Salim “maunya ?” balas andref tak kalah Persahabatan kami terbentuk sejak penyiksaan propti, inagurasi, hingga makrab diadakan, penuh duka rasa mengingatnya. “maunya liat cicak paling” balasku tak kosentrasi juga, menerima mata kuliah. *** Hal biasa dan wajar, melihat keributan saat itu, meskipun kami satu angkatan terkenal nakal tapi kemauan wirausaha agaknya terlihat pada diri Meng alias Merta Mey Salim, mahasiswa paling beruntung dan untung, bayangkan saja ia lulus SMA 2010 bisa tebus tes SNMPTN 2012. Pantas saja sekarang telihat damai hidupnya, apalagi sejak ia bertemu siska teman satu kelas juga, denger-denger mereka pacaran, asyik tuh pacaran tiap makan ada yang ngingetin, tidur ada yang bangunin, sholat ada yang ngajakin, hingga cebok ada yang cebokin, sampai-sampai saat berak ada yang nadahin. “dasar gila ini dosen” andref lagi-lagi bersuara “kalok gila dosen, berarti mahasiswa juga gila donk !” balas Merta “HARAP DIAM DAN TENAG ADA UJIAN” tulisku di secarik kertas, mengingatkan mereka akan kembali kondusif. “weleh sok ngustad loe ?” goda andref meraih seraya kertas dan menyobeknya. Bukan terlihat diam, malah sebaliknya kami barisan paling ribut diantara yang lain “oh, iya mam ada bisnis nih, cocok untuk anak kosan” hentak merta, bermuka serius “apa boy ?” “jual materai, pensil, buku, penghapus, pokoknya peralatan tes SNMPTN” paparnya memberi peluang usaha. Benar sekali hajar nasional itu esok akan terjadi, sebagai salah satu sentral pendidikan di kota lampung tentu kampus kami menjadi pusat Tes. “untungnya gimana ?” napas ini terdengar lancar melihat peluang uang. “ya biasa, semua kita jual lebih mahal dari biasanya” “dosa gak itu ?” balasku sedikit ragu “kan elo yang ustad” ejek andref ikut nimbrung “susah emank bisnis sama ustad” merta mengahiri percakapan. *** Keuanagn anak kost memang sangat mengenaskan saat itu, inisiatif jualan ahirnya terpaksa dilakono, entah halal atau haram semuanya kami hantam, untung saja jualan itu kami lakukan bersama teman satu kosan tapi beda jurusan. Singkat cerita, esok pagi kami sudah stan bay, di perguruan Al Kausar, dengan penampilan ala kadarnya dan berlagak melakukan penawaran, kami diserbu deretan siswi dan siswa Nota harga Pansil 2.500 jual 4.000 Penghapus 1.000 jual 2.000 Hingga materai 6.000 kami jual 10.000 Lumayan sih untunya hanya berngkat 1 jam untung bersih 132.000, tapi dasar sial untung sebnyak itu cuman kami habiskan makan, nongkrong hingga beli rokok “ kembali lagi pada hikmah cerita” bahwa rezeki halal akan lebih bermanfdaat dibandingkan dengan rizki haram, gak bercaya, mau tau, cobain aja..

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar