Sabtu, 19 Oktober 2013

proses penenlitian survai

RESUME BAB II Proses Penelitian Survai Proses penenlitian sosial mempunyai tujuan menerangkan suatu fenomena sosial, atau suatu peristiwa (event) sosial, oleh karna itu dalam instrumen peneliti sendiri diharapkan mempunyai dua syarat penting yaitu ; 1. Logika atau rasionalitas 2. Observasi atas fakta-fakta sosial Kedua hal diatas adalah yang paling frontal dalam penelitian, sebab pemahaman ilmiah atas realitas dan sosial harus logis, diterima oleh akal sehat dan sesuai dengan yang terjadi dalam realitasnya. Sering kali karna hal itu ilmu penegetahuan, termasuk ilmu sosial (logika-empiris), artinya teori sosial digunakan sebagai sebagai unsur logika, dan penelitian berguna sebagai hal yang paling empiris. Maka seyogyanya dari kedua unsur diatas ditarik kesimpulan bahwa, teori sosial dan penelitian sosial terjadi perbedaan, meskipun selalu berjalan bersama, perbedaan-perbedaan tersebut terletak pada segi manfaatnya, dimana teori penelitian berfungsi sebagai pemikiran awal berupa spekulatif, sedangkan penelitian berguna sebagai pembuktian, yang aganya bisa menjadi bantahan serta penyempurnaan dari teori-teori sebelumnya. Banyak studi yang dicontohkan untuk dapat menganalisa, misalkan saja teori Gold Scheider dan uhlenberg tentang pernyataan “ golongan minoritas mempertahan kaneksentesinya adalah dengan memperbanyak jumlah mereka melalaui tingkat kelahiran yang tinggi”, bertitik tolak pada ini peneliti Indonesia jelas memunculkan hipotesis bahwa “golongan Tiong hoa di Indonesia akan memperbanyak keturunan”. Pada kenyataanya hal ini tidak sesuai saat proses penelitian, sebab hasil empirisnya menyatakan bahwa kelompok Tiong Hoa fartilitas kelahiran selalu lebih rendah dibandingkan dengan kelompok ataupun suku lain. Oleh karena itu penyesuaian model yang ada di dalam penelitian sosial dan teori sosial, tidaklah menyangkup satu saja, melainkan dalam pembuktian empirisnya dikenal beberapa metode guna menemukan hasil yang dianggap pas dan benar (seusi dengan lapangan yang ada), diantaranya adalah sebagai berikut ; A. Model Penelitian Statis Model penelitian statis menggambarkan proses penelitian, yang menyangkup beberapa step (Teoritis, Oprasionalisasi, dan pengujian Hipotesis), guna menentukan hasil yang empiris. Tahap “Teoris”, penelitian ini mewajibkan seorang harus mengklarifikasi variasi niat dan praktek penerimaan dari berbagai teori tentang adanya suatu maslah sosial, yang mukin bisa dipengaruhi oleh faktor sejarah, dan faktor lingkungan. Hingga memunculkan sebuah cara matematis (dikemukanan Fisbin), niat seseorang untuk berprilaku (N), dipengaruhi oleh persepsiya tentang manfaat prilku tersebut (PM), serta persepsinya tentang kelompok panutanya (PS). Tahap “Oprasionalisasi” yaitu tahap penerjemahan teori-teori yang masih umum tadi menjadi variable, indikator dan defenisi dan defenisi oprasional. Spekulasinya menimpulkan adanya hipotese pertanyaan yang masih perlu di jelaskan kembali. Tahap “pengujian hipotesa”, tahap pengujian hipotesa adalah tahap terahir yang berguna sebagai, penyusunan instrumen penelitian yang berguna mengumpulkan data dari kedua tahab sebelumnya, penentuan penelitian dan sempel penelitian, penentuan teknik penggumpulan data, serta penentuan teknik analisa dengan kuantitatif atau kualitatif. Misalkan saja dalam penelitian “imunisasi penyakit campak pada bayi”, dimana teori-teori menjelaskan bahwa semakin sering seorang anak melakukan imunisasi maka sudah sepantasnya seorang nak bisa terbebas dari penyakit campak, proses ini selanjutnya di detailkan dengan tahap oprasionalitas, dimana variable keselamatan bayi ditentukan orang tua, yang bisa dipengaruhi tingakat pendidikan, dari spekulasi oprassional tersebut memunculkan hipotesis “ bahwa semakin terhindar seorang bayi dari penyakit campak, semakin sering orang tua memberi imunisasi”, hingga tiba pada tahap tershir yakni pengujian hipotesis, yang menghasilkan data empiris. Data dari Metode Penelitian Statis tersebut memiliki beberapa kelemahan, yaitu ;  Dalam kenyataanya proses penelitian tak semulus yang di gambarkan  Proses penelitian tak semekanis yang digambarkan Hingga dapat dikatakan metode lebih conding terpaku pada teoritis. B. Model Penelitian Dinamis Model ini dinamakan Babbie sebagai model “dua Logika”, yang menjasis paling sesuai menggambarkan proses penelitian dan realitas, Hal demikian dikeranakan proses ini menjelaskan dua cara dedkasi sebagai teori, dan induksi menjadi generalisasi empiris. Cara bolak balik tersebetut, digambarakan wellece, bermula dari teori yang menhasilakn hipotesa, dan hipotesa menunjukan bagimana cara melakukan observasi, dan observasi menghasikan generalisasi dan generalisasi kan menimbulkan sanggahan atau dukungan pada teori. Diagramnya metode penelitian dinamis adalah sebagai berikut Teori Generalisasi Hipotesa Empiris Observasi Sumber : E.R. Babbie, the practice of research. 4th Edition. Belmont, Widswoarth, 1986 (singabrium, effendi, 2012) Sudah berang tentu pada seluruh element proses ini, penelitian bernalar pada observasi, jadi, unsur logikadan unsur pembuktian empiris dalam penenlitian mempunyai fungsi yang sama pentingnya. C. Preoses Penelitian Survai Salah satu metode penelitian yang amat luas penggunanya adalah metode penelitian survai, yang mempunyai ciri mengumpulkan data dari respondeng berjumlah banyak menggunakan kuesioner, maka keuntunganya adalah memunculkan kemungkinan pembuaatan generalisasi untuk populasi besar. Menurut wellece, proses penelitian survai berguna mentransformasikan lima komponen informasi ilmian, yaitu ; 1. Teori 2. Hipotesa 3. Observasi 4. Generalikasi empiris 5. Penerimaan atau penolakan hipotesa. Kelimanya dikontrol dalam metodologis yang sama yaitu 1. Deduksi logika 2. Interprestasi, penyusunan instrumen, penyusunan sekala, dan penentuan sempel 3. Pengukuran penyederhanaan, dan perkiraan paramenter 4. Pengujian hipotesa, serta infrementasi logika 5. Foemulasi konsep, formulasi populasi dan penataan proposisi Hingga pada penjabaran motode ini selalu diawali dengan adanya minat peneliti untuk menjabarkanya fenomena sosial tertentu, minat itu kemudian ditindak lanjuti menjadi masalah penelitian yang lebih jelas dan sistematis dengan menggunakan informasi ilmiah yang sudah tersedia dalam litelatur ( teori). Teori ini kemudian dekembangkan dalam model deduksi memunculkan adanya hipotesa yaitu informasi yang lebih spesifik dan lebih sesuai dengan tujuan penelitian. Langkah selanjutnya hipotesa memberikan variable penelitian serta hubunganya, adapun guna menentukan variable yang cocok peneliti mengunalakn metodologis tertentu untuk mengambil sepel dari banyaknya poipulasi yang ada. Dalam penelitian survai sendiri, populasi berguna menemukan jumlah yang relavan dalam buat penelitinya, informasi itu disebut data atau observasi, pengelolahan observasi (data), dioleh dengan mengunakan model statistik (menyederhanakan data). Adanya ketepatan dalam hasil ditentukan paramenter, yang terjadi karena adanya proses perbandingan antara informasi tentang sempel dan informasi populasi (pikiran paramenter). Cara-cara tersebut sebenarnya dalam penelitian survai, berintikan keahlian dan kemampuan peneliti, guna menentukan hasil yang dianggap relevan denagn kenyataan yang sebenarnya RESUME BAB III Unsur-Unsur Penelitian Survai  Penelitian Survai Penelitian survai adalah suatu upaya yang sistematis untuk menerangkan fenomena sosial dengan cara memandang fenomena tersebut sebagai hubungan antar variable, dalam memandang variable tersebut metodeolgi penelitian survai membpunyai dua tahap, yaitu ; 1. Tahap Teorisasi Tahap ini diperlukan, karena adanya pengetahuan tentang konsep, proposisi, dan teori, hingga peneliti akan merumuskan teoritis secara baik. 2. Tahap Empiris Pada tahab yang kedua berisi pengetahuan tentang variable, hipotesa dan defenisi opraional (agar peneliti mempunyai gambaran yang jelas tentang dala yang akan dikumpulkan dalam suatu penelitian). Dengan adanya kedua tahap tersebut, barang tentu inti pokok ilmu pengetahuan sudah terpenuhi, yaitu konsep, proposisi, teori, variable, hipotesa, dan defenisi oprasional. Diagram Hubungan Antar Unsur-Unsur Penelitian Propoisi Konsep Konsep Hipotesa Variable Varibale Hipotesa Statistik Defenisi Oprasional defenisi Oprasional Sumber :Singarimbum, Soffyan, Dalam Metodologi Penelitian Sosial  Penjelasan Perangkat Pokok Ilmu Penegatahuan Penjelasan perangkat pokok ilmu pengetahuan dalam berbagai metode penelittian, terutama dalam cangkupan survai antara lain, sebagai berikut ;  Konsep Konsep dalam penelitian survai adalah istilah yang khusus untuk menggambarkan secara tepat, fenomena yang hendak diteliti, melalui konsep peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikiran, dengan menggunakan istilah untuk beberapa kejadian (events) yang saling berkaiatan satu dengan yang lainya. Dalam penelitian sendiri, konsep dibedakan menjadi dua, yaitu ; 1. Konsep yang jelas hubunganya dengan fakta atau realitas yang mereka wakili 2. Konsep yang lebih abstrak atau lebih kabur dengan relitas atau fakta yang mewakili Kedua konsep tersebut memiliki perbedaan yang sangat signifikan, misalanya saja dicontohkan konsep pertama (meja) yang dapat diukur, diamati, dan di ilustrasikan, sedangkan pada konsep yang kedua lebih banyak diamati dalam penelitian sosial, yang tentunya tidak mudah dihubungkan dengan fenomena yang sesungguhnya, contohnya saja, kecerdasan, prilakau memilih, demokrasi, dan debirokratisasi. Adapun kedua konsep ini terkadang saling berkesinambungan dalam penelitianya, misalkan penelitian tentang penduduk yang menyangkup beberapa kiteria di dalamnya seperti, mobilitas, fartilitas, mortalitas, kelangsungan hidup anak, status wanita, partisipasi keraja, dan jenis kelamin, yang bisa diamati dengan menggunakan kedua konsep tersebut. Konsep penggabungan ini dikenal dengan istilah inferensi yaitu, tingkatan abstraksi yang lebih tinggi, dari kejadian-kejadian yang kongrit, sehingga tidak mudah menghubungkan kejadian tersebut (konstruk), semakin besar jarak antar konsep tersebut, atau konstruknya maka relisanya semakin besar pula terjadinya salah pengertian, serta salah penggunaan. Maka pengertian konsep secara luas diartikan abtraksi mengenai suatu fenomena yang di dasarkan atas generalisasidari sejumlah kateristik kejadian, keadanan, kelompok atau individu tertentu. Peran konseb ini cukup menmpati taraf penting dalam penelitian, yaitu menggabungkan dua teori dan observasi antar abstraksi dan realitas  Proposisi Proposisi berarti hubungan yang logis antar dua konsep realitas sosial, untuk realitas sosial, sering digambarkan antar satu konsep, sedangkan kompleksnya realitas sosial dihubungkan dengan beberapa campuaran konsep. Contoh proposisi adalah “Proses Migrasi Tenaga Kerja Ditunjukan Oleh Tenaga Kerja” yang bermula dari pernyataan Hariss dan Tadaro, dal masyarakaat migrasi. Maka dapatlah dikataan proposisi tak memiliki format tertentu, yang biasa disajaikan dalam bentuk kalimat pernyataan yang menunjukan dua konsep, selain itu dalam penelitian juga dikenal dengan adanya dua tipe proposisi, Pertama tipe aksioma atau postulat yang berarti prosposi petrnyataanya tak perlu lagi diteliti sebab sudah teruji kebenaranya, contonya pernyatataan bahwa prilaku manusia sesuai kepentinganya, kedua tipe thorem yang biasa lebih menjadi pusat penelitian, yaitu proposisi yang deduksinya dari aksioma, misalnya pada teori kestabilan ekonomi, yang baanyaak mempengaruhi dari hal tersebut.  Teori Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, defenisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial, maka teori ini menpati peranan tertinggi dalam penelitian, dengan adanya teori peneliti mencoba menerangkan fenomenal sosial yang terjadi. Teori sediri, dalam buku (singaribium, dan effendi : 2012) mengandung tiga element penting, 1. Serangkaian proposisi yang mengandung konsep saling berhubungan 2. Teori menetrangkan secara sistematis suatu fenomena sosial dengan cara menentukan hubungan antar konsep. 3. Teori merupakan fenomena tertentu dengan cara menentukan konsep mana, yang saling berhubungan. Hal-hal inilah yang menghubungkan antara proposisi dan konsep yang tidak dapat dipisahkan, baik secara aksiomatis mauapun thorem, maka wajar saja proses penyususnan teori menggunakan model deduksi-induksi, kerane peneliti menggunakan teorinya pada asioma dan observasi, proses ini amat wajar jika terjadi kesalahan, bahka gleser dan stratus berpendapat bahwa, teori seharusnya berakar pada realitas.  Variable Variable diarikan sebagai variasi yang memiliki nilai, artinya variable itu berfungsi mengubah konsep agar dapat diteliti secara empiris, caranya adalah dengan memilih dimensi tertentu konsep yang mempunyai variasi nilai. Contohnya adalah konsep “Badan”, agar dapat diteliti secara empiris maka harus dibuat variable dengan mengambil dimensi konsep, misalnya tinggi badan, berat badan atau bentuk badan. Dalam penelitian sosial variable sendiri, juga dibedakan menjadi dua, yaitu ; 1. Veriable kategorikal (categoricaal variable) Yaitu variable yang membagi responden menjadi dua kategori (dekotomi), atau beberapa kategori (politomi), contoh variable dekotomi adalah jenis kelamin (laki/ perempuan), sedangkan variable politomi adalah jenjang pendidikan (Paud, TK, SD, SMP, SMA, S1, S2, dan S3). 2. Variable Bersambung (continous Variable) Variable bersambung adalah variable yang nilai-nilainya berbentuk skala, baik bersifat ordinal maupun rasio, contohnya adalah usia, jumlah pendapatan, tingkat sentuhan media massa, dan lain sebagainya. Namun sering terjadi, dari variable bersambung diubah menjadi variable kategorikal agar peneliti lebih mudah menggunakan tabulasi sialang dan analisa variasi, dan sebaliknya variable kategorikal tidak dapat dirubah menjadi variable bersambung.  Hipotesa Hipotesa diartikan sebagai sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidaak bisa di tinggalkan, karena ia merupakan instrumen krja dari teori, tahap hipotesis dilakuakn sesudah hasil deduksi dari teori dan populasi. Oleh karena itu hipotesa berbentuk suatu pernyataan yang menghubungkan antar dua variable atau lebih, maka perbedaan dengan proposisi yaitu, hipotesa dianggap lebih jelas dan oprasional, lebih siap diuji secara empiris, karena variable-variablenya dapat diukur. Maka barang tentu dalam hipotesa terdapat beberapa variable yang saling mempengaruhi lebih dibandingkan dengan propisisi, Hubunganya yang terdapat pada hipotesa, antara lain yaitu ; 1. Variable terpengaruh, tindajkan ekpresif 2. Variable pengaruh (kondidi lingkungan sosial), hiptesa seperti ini juga dinamakan hipotesa dirumuskan secara emplisit ”tindakan ekprensisf lebih tinggi pada kehidupan masyarakat”. Dalam penelitian sosiaal sebenarnya jarang sekali kita menempukan penelitian yang hanya terdiri dari dua variable, karna inti penelitianya masyarakat yang mempunyai sifat multidinamais, oleh karnanya hipotesa yang sering dilakaukan penelitian ilmu sosial (psikologi, sosiologi, dan antropologi) adalah hipotesa multivariant. Dasarnya hipotesa adalah pemikiran spekulatif dari penelitian yang sudah ditentukan dengan teori dan proposisi, namun meskipun demikian terkadang observasi empiris yang ada tak mesti harus sesuai dengan hipotesa yang ditentukan, hipotesa yang tidak terbukti akan dapat menimbulkan pemikiran baru, baik berupa teori baru ataupun metodologi baru, yang akan terus mengembangkan ilmu pengetahuan.  Defenisi Oprasional Defenisi oprasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variable, dengan kata lain defenisi oprasional adalah semcam petunjuk bagaimana caranya mengukur variable. Kegunaan defenisi Oprasional adalah untuk menghindari ketidak siapan variable dan konstruk (construk) yang belum sepenuhnya siap diukur, artinya dengan adanya defenisi oprasional dapat saling membandingkan antar satu pihak pengukuran teori yang sudah ada dangan adanya pernyataan dari hipotesis, penelitian yang tersedia. Formulasi defenissi oprasional dapat mengambil berbagai bentuk, contohnya “tingkat kecerdasaran seseorang ditunjukan oleh skor (score) dari tes kecerdasan”, dengan adanya anaslisi kebenasran yang terjadi.

0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar